YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Minggu, 26 Maret 2023

Kisah Inspiratif dari amalan beristigfar

 

Hebatnya Istigfar Mampu mewujudkan mimpimu!

Berkisah tentang seorang penjual roti yang dikabulkan doanya setelah hampir 30 tahun lamanya. 

Ia memiliki kebiasaan sering melafazkan istighfar di sela-sela kegiatannya. Sebagaimana diketahui, istighfar adalah kegiatan dzikir untuk memohon ampunan kepada Allah. 

Ibadah yang satu ini merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berdzikir mengingat-Nya siang dan malam baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.Ada banyak hikmah dan keutamaan mengapa seorang muslim diperintahkan untuk banyak beristighfar.

Selain membuat seorang hamba akan lebih sering bahkan selalu mengingat Rabb-Nya, istighfar juga bisa melindungi seseorang dari perbuatan buruk dan maksiat karena ia selalu ingat dengan Tuhannya.

Istighfar tidak hanya akan mendatangkan ampunan namun juga kemudahan atas azzam dan doa seseorang dari arah dan cara yang tak terduga.

Bahkan jika seseorang merasa sangat sibuk dan doanya sangat banyak untuk dipanjatkan, seseorang dianjurkan untuk tidak sampai melupakan istighfar. Karena ampunan-Nya bisa melapangkan jalan yang tiada berbatas antara seorang hamba dan Tuhannya. Kedekatan terbangun dengan limpahan rahmat tiada tara.

Bahkan, karena ampunan Tuhan (istighfar) itu pula seseorang bisa dikaruniai keturunan; Allah menurunkan hujan yang lebat dari langit; menghidupkan lahan pertanian yang kering kerontang dan melimpahkan banyak harta dan anak (QS. Nuh: 10-12).Bagitu banyak kisah tentang bagaimana keajaiban istighfar bagi seorang Muslim. Keajaiban istighfar juga pernah dialami secara langsung dalam penggalan hidup Imam Ahmad ibn Hanbal sebagaimana dikutip dari laman suaramuhammadiyah.

Alkisah, suatu hari di masa tuanya, sang Imam ingin jalan-jalan ke luar kota. Beliau sendiri tidak tahu mengapa beliau ingin sekali pergi ke kota Bashrah. Beliau tidak ada janji dan keperluan yang cukup mendesak.

Beliau sampai di kota itu ketika waktu Isya’ tiba. Beliau pun ikut shalat berjamaah di sebuah masjid. Selesai shalat, ia beristirahat dan ingin merebahkan badan.

Belum sampai tertidur di sana, seorang pekerja masjid mengusirnya. “Wahai orang tua (syekh), mengapa kamu tidur di sini?” Rupanya si marbot tidak tahu jika orang yang ada di hadapannya adalah seorang ulama besar yang disegani. Menariknya, sang Imam sendiri tidak memperkenalkan dirinya. Padahal, hampir semua kalangan di dataran Irak tahu, setidaknya pernah mendengar nama, Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama ahli hadis dan zahid.

Imam Ahmad menjawab, “Ijinkan saya istirahat di sini. Saya ini seorang musafir.”Si marbot itu menjawab tegas, “Tidak boleh. Orang tua tidak boleh tidur di masjid.”

Bukan hanya diusir dengan kata-kata, sang Imam juga didorong-dorong oleh si marbot agar keluar dari masjid. Setelah itu, si marbot pun menutup mengunci pintu masjid.

Sang Imam pun lalu ingin tidur di teras masjid. Saat mengetahui si orang tua itu tidur di teras, si marbot pun mengusirnya kembali. Dengan terpaksa sang imam pun keluar dari masjid tanpa tahu harus menginap di mana.

Secara kebetulan di samping masjid ada seorang penjual roti. Rumahnya kecil. Di rumah itu pula si pembuat roti itu membuat dan menjual rotinya. Penjual roti itu sedang membuat adonan.Melihat dan mendengar ada orang tua yang diusir dari masjid, si penjual roti itu pun memanggil sang imam, “Wahai orang tua, Anda boleh menginap di tempat saya. saya punya tempat, meskipun kecil.”

Mendapat tawaran itu, sang imam langsung mengiyakan. Setelah masuk dan duduk, beliau memandangi dan bertanya banyak hal pada si penjual roti itu. Beliau tidak memperkenalkan diri dan hanya mengatakan dirinya musafir.

Ada yang menarik dari penjual roti ini. Ia memiliki perilaku khas. Saat Imam Ahmad mengajak bicara, ia menjawabnya. Namun, jika tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar dengan pelan –meski tetap terdengar.

Saat memberi garam, memecah telur, mencampur gandum dan saat bekerja itu pula ia senantiasa mengucapkan istighfar.

Melihat perilaku itu Imam Ahmad lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini? Dan apa yang engkau dapatkan dari kebiasaan membaca istighfar ini?” Si penjual roti itu menjawab, “Sudah lama sekali, ya syaikh. Saya menjual roti sudah 30 tahun. Jadi semenjak itu saya lakukan. Saya merasakan betapa tidak ada keinginan yang saya minta kepada Allah, kecuali selalu dikabulkan oleh Allah. Hanya satu yang belum dikabulkan oleh Allah.” “Apa itu?” Imam Ahmad bertanya spontan.

“Sejak beberapa tahun yang lalu, saya ingin bertemu dengan seorang ulama di Baghdad. Saya ingin dipertemukan dengan Imam Ahmad ibn Hanbal. Sayangnya, Baghdad terlalu jauh bagi saya untuk menjangkaunya.” Tukang roti itu menjawab tanpa tahu bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Imam Ahmad ibn Hanbal dimaksud.

Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar. Allah telah mendatangkan saya jauh-jauh dari Baghdad ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid ke jalanan, ternyata karena istighfarmu.”

Betapa terperanjat si penjual roti itu. Ia memuji Allah sambil bersujud syukur. Lalu ia pun langsung memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad. Inilah kisah keajaiban istighfar sebagaimana yang diceritakan dalam Kitab Manakib Imam Ahmad.***

0 comments:

Posting Komentar