ISTIGFAR
- Makna Istigfar
Secara
etimologi istighfar berasal dari bahasa Arab ghafara-yaghfiru-ghufrân
yang berarti mâlibâsu yaṣûnahu ‘ani al-danasi (pakaian yang bersih dari
kotoran). Kata yang semakna dengan ghufrân adalah maghfiroh, yang
artinya penutupan atau pengampunan yang diberikan Allah SWT terhadap kejahatan
yang dilakukan oleh manusia.
Sedangkan secara terminologi
istighfar adalah kata yang ditambahkan (huruf Jiyadah) tiga huruf alif, sin, dan ta
akan menjadi istaghfara-yastaghfIrû-istighfârân maknanya ṭalabu
al-maghfiroh (meminta ampun). Ampunan bukan hanya untuk menghapuskan dosa
akan tetapi sebagai pemeliharaan dari kejahatan dan dosa. Menurut al-Râghib
al-Aṣfahânî kata istighfar adalah meminta ampunan dengan ucapan dan perbuatan,
karena apabila istighfar hanya sekedar ucapan saja tanpa diiringi perbuatan
yang baik maka hal tersebut termasuk pekerjaan pendusta.
Dengan demikian istighfar ialah
suatu perkara istimewa yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya,
supaya manusia termotivasi ke jalan yang benar dan kembali kepada-Nya.
Istighfar juga dapat mendatangkan kebaikan dan mencegah kejahatan di dunia
maupun di akhirat bagi manusia.
- Syarat-Syarat Istigfar
Menurut Yusuf Al-Qardhawi,
Istighfar yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat khusus, antara
lain:
1.
Niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada
Allah SWT (QS. Al-Bayinah : 5)
2.
Hati dan lidah secara bersamaan melakukan istighfar.
Mengucapkan
istigfar tidak hanya lidahnya yang berkata sementara hatinya ingin terus
melakukan maksiat. Menurut Ibnu Abbas
r.a berkata, “orang yang beristighfar kepada Allah SWT dari suatu dosa
sementara ia masih terus menjalankan dosa itu maka ia seperti orang yang sedang
mengejek Rabbnya!”. Seorang sufi besar Rabi’ah al-‘Adawiyah r.a berkata,
“istighfar kita butuh kepada istighfar lagi! Jika istighfar kita hanya dengan
lidah saja, tidak disertai dengan hati”. Maksudnya istighfar yang dilakukan
dengan kelalaian hati, butuh kepada istighfar lagi dari kelalaian itu sendiri.
- Tujuan Istighfar
Manusia
beristighfar pasti memiliki tujuan, diantaranya:
a.
Istighfar merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
b.
Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa.
c.
Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar.
d.
Penyebab mendapatkan kesenganan yang baik.
e.
Terhindar dari azab Allah SWT. Allah SWT tidak akan
mengazab orang yang selalu beristighfar.
f.
Istighfar merupakan kebutuhan seorang hamba. Ia
dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah SWT karena mereka selalu berbuat kesalahan
sepanjang malam dan siang hari.
g.
Penyebab turunnya rahmat Allah SWT.
h.
Istighfar merupakan kaffarat (Penghapus dosa)
yang dilakukan dalam suatu majlis.
i. Mengikuti Sunnah Nabi SAW.
Ibnu al-Qayyim
mengatakan bahwa memohon ampun memiliki pengaruh besar dalam menghilangkan
penderitaan, ketakutan, kesedihan, kesulitan, dan penyakit hati. Orang yang
biasa melakukan dosa pada gilirannya akan merasakan kebosanan, dan pada saat
itulah ada keinginan untuk melakukan dosa-dosa yang lain. Cara menghilangkannya
adalah Kalimat istighfar diucapkan dengan penuh keikhlasan untuk memohon
ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk membaca istighfar setiap saat, agar selalu didekatkan kepada Allah SWT. Apabila mengucapkan istighfar dengan hati yang ikhlas, walaupun hanya satu kali. Maka Allah SWT akan mengampuni pembacanya. Allah SWT selalu mengampuni dosa-dosa hambanya betapapun besar dan banyaknya selama hambanya mau meminta ampunan kepadanya.
- Manfaat Istighfar
Ada beberapa manfaat
seorang muslim mengucapkan Istigfar antara lain:
a.
Mendapat pengampunan dari Allah SWT dan rizki yang
tidak terduga.
b.
Menenangkan diri ketika marah.
c.
Mendapatkan jalan keluar dari kesusahan dan
kesempitan.
d.
Istighfar tempat berlindung kaum mukminin saat muncul
tanda-tanda ancaman Allah SWT yang diciptakan-Nya untuk menakut-nakuti
hamba-hamba-Nya, seperti gerhana.
e.
Istighfar merupakan obat kekeringan, kemandulan, dan
kemiskinan.
f.
Istighfar sifat kaum mukmin yang mendapat sanjungan
Allah SWT
- Contoh penerapan istighfar di dalam Alqur’an
a)
Nabi Shaleh as menyuruh golongan yang menolak
ajakannya untuk Istighfar (memohon ampun) Kepada Allah SWT.
“Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat". (QS. An-Naml: 46)
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah
ia menjelaskan tentang kaum Nabi Shaleh as. Ia menyuruh kaumnya untuk menyembah
Allah SWT. Ada yang mengikuti ajakannya dan ada pula yang menolak ajakannya,
ini menjadikan kaumnya menjadi dua golongan. Nabi Shaleh mengajak dan menyuruh
mereka (golongan yang menolak) memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa selama
mereka perbuat. Supaya mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
Sedangkan Abu Ja’far mengatakan dalam pandangannya: hendaklah mereka (kaum yang menolak ajakan Nabi Shaleh as) meminta ampun kepada Allah SWT. Maksudnya adalah mengapa kamu tidak bertaubat kepada Allah SWT atas kekafiran kalian dan tidak mendapat hukuman atas kesalahan besar yang telah dilakukan. Tuhanmu akan memberikan rahmat-Nya kepada kalian dengan permohonan ampunan kalian kepada-Nya atas kekafian kalian.
b)
Memohon Ampun Dari Perbuatan Dosa Dan Bertaubat.
Allah SWT berfirman dalam salah
satu ayat nya yang berbunyi
“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”. (QS. Nûh: 10)
Menurut tafsir Al-Thabari, dijelaskan bahwa Nabi Nuh
as menyuruh mereka untuk memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosamu dan
bertaubatlah kepada-Nya atas kekufuran dari syirik dan bersikap ikhlas dalam
menyembah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun bagi orang yang
kembali kepada-Nya dan bertaubat dari dosa-dosanya. Sedangkan dalam kitab
Tafsir Qurthubi menekankan tentang memohon ampun dari dosa-dosamu yang
terdahulu dengan mengikhlaskan keimanan. Dan Allah SWT mendorong mereka agar
bertaubat.
0 comments:
Posting Komentar