1.
DEFINISI QADA’
DAN QADAR
Hal yang telah
diyakini di dalam hati dengan sebenar benarnya, lalu dilaksanakan dengan
sebenar-benarnya, dengan mengamalkannya dan diucapkan dengan sebenar benarnya
Itulah arti dari pada iman yang sebenarnya. Pada rukun iman keenam, yang telah dianut
oleh Ahlussunnah Wal Jamaah ini ialah Iman kepada ketentuan dan
keputusan Allah. Dari segi bahasa, qada’ artinya memutuskan. Qada’ ialah
pengetahuan Allah terhadap kejadian yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan
terjadi (keputusan Allah). Dari segi
bahasa, qadar berarti ketentuan. Qadar ialah ketentuan yang Allah berlakukan
sesuai dengan pengetahuan atau kehendak Allah (kapasitas dari keputusan Allah).
Seperti contoh ini; santri akan menikah, maka akan mempunyai anak dan akan
menjadi ulama, semua itulah qada’ (keputusan). Sedangkan, jika santri tersebut
sudah menikah, maka itulah qadar (ketentuan).
Banyak kesalah
pahaman yang terjadi, bahwa sesuatu yang terjadi kepada manusia adalah kehendak
Allah, kejelekan dan kemaksiatan manusia, dinisbatkan secara serta merta kepada
Allah. Memang, bahwa sesuatu yang terjadi kepada manusia adalah kehendak Allah
itu dibenarkan, namun setiap manusia juga mempunyai kehendak sendiri. Jika,
manusia tersebut mempunyai kehendak maka kehendak itulah yang nantinya dipertanggung
jawabkan kepada Allah. Dengan begitu, maka manusia akan memahami dan
mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan muncul dari setiap yang mereka perbuat,
hal yang biasa disebut sebagai hukum kausalitas. Karena itu menjadi tanggung
jawab manusia itu sendiri yang akan dipertanyakan tanggung jawabnya oleh Allah.
Mengenai
kausalitas ini, terdapat dua takdir; muallaq dan mubram. Takdir Muallaq merupakan
suatu kejadian ataupun ketetapan, yang berhubungan terhadap ikhtiar (usaha) dan
masih bisa diubah dengan usaha dan doa. Allah telah mengabarkan tentang sunnah dari
sunnah-sunnah-Nya yang telah berjalan pada makhluk-Nya, bahwa Dia (Allah) tidak
akan menghilangkan nikmat dari suatu kaum berupa kesehatan, keamanan,
kelapangan karena keimanan dan ama
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ
الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ
أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ
يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ
فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ:
بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ
وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ
اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Artinya : “Dari
Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud R.A. beliau berkata: Rasulullah SAW. menyampaikan
kepada kami dan beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya: Sesungguhnya
setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani
selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh
hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya,
sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surge tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan
baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan
ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian
ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka
tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan
perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Berdasarkan
hadits di atas, bahwa memang pengetahuan dan kejadian yang Allah tentukan dan
pastikan, akan dikembalikan kepada manusia dan dilaksanakan oleh manusia tersebut.
Akan tetapi, ditetapkan baginya ketentuan, yakni ketika ditiupkan ruh di dalam tubuh
manusia. Meskipun demikian, perlu juga kita fahami mengenai keberadaan lauhul mahfudh,
bahwa ketetapan itu jauh terjadi sebelum ditiupkannya ruh, sebuah ‘tulisan’ yang
eksistensinya setelah Allah itu ada, maksudnya ialah bahwa Allah dan
pengetahuanNya telah lebih dahulu dari pada tulisan ataupun takdir yang Allah.
Memahami hal
ini, tentu akan menjadi nilai pandangan dan pendidikan tersendiri. Dengan
ketentuan dan kepastian Allah inilah, seharusnya kita menjadi manusia yang
mawas diri dan menjaga setiap perbuatan dengan semuanya diperuntukkan untuk
pengabdian kepada Allah SWT.
2.
DALIL QADA’ DAN
QADAR
a.
Dalil Al-Quran
Dalil qada’
yang memiliki arti keputusan, terdapat pada Al-Qur’an surah An-Nisa’
ayat ke 65
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى
يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ
حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya
: Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga)
kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Sangat jelas
diartikan sebagai keputusan. Dari arti tersebut dapat diambil
pengertian bahwa setiap apa yang kita dapati atau manusia dan makhluk Allah
dapat selama ini, tentu semuanya ialah berdasarkan keputusan dari Tuhan semesta
alam.
Adapun pengertian
lain tentang qada’ ialah kehendak, terdapat dalam Al-Qur’an surah Ali Imron
ayat 47
قَالَتْ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ وَلَدٌ
وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ ۗ قَالَ كَذٰلِكِ اللّٰهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ
ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Artinya
: Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai
anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah)
berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia
hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah
sesuatu itu.
Dari arti
tersebut dapat diambil pengertian bahwa seorang mukmin harus beriman dan
meyakini pada apa yang Allah kehendaki itu akan benar-benar terjadi dan tidak
ada satupun suatu hal yang dapat menghalanginya. Merujuk pada kedua arti ini,
setiap apa-apa yang telah Allah tulis dan tetapkan inilah semuanya berdasarkan
kehendak Allah dan keputusan-Nya.
Dalil qadar,
yang memiliki arti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas- batasnya atau kadar-kadarnya terdapat pada Al-Qur’an surah Fussilat ayat ke 10.
وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا
وَبٰرَكَ فِيْهَا وَقَدَّرَ فِيْهَآ اَقْوَاتَهَا فِيْٓ اَرْبَعَةِ اَيَّامٍۗ
سَوَاۤءً لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ
Artinya : Dan Dia ciptakan
padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia
tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk
(memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.
Dari arti tersebut
dapat diambil pengertian bahwa Allah telah menciptakan seluruh hal yang telah Dia
ciptakan dengan kadar dan metamorfosisnya masing-masing. Sehingga, mereka semua
dapat hidup di alam semesta ini tidak lain dengan atas izin Allah, dalam arti
lain, qadar berarti ketentuan atau kepastian terdapat pada Al-Qur’an surah
Al-Mursalat ayat ke 23.
فَقَدَرْنَاۖ فَنِعْمَ الْقٰدِرُوْنَ
Artinya
: lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (Kamilah) sebaik-baik yang
menentukan.
Dari
arti tersebut dalam diambil pengertian bahwa dengan ketentuan dan kepastian
yang Allah berikan ini menjadikan manusia lebih bisa dapat menerima segala
sesuatu yang telah di tentukan pada dirinya.
Dasar
keimanan terhadap qadha dan qadar adalah firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an,
yaitu firman Allah QS. Al-Hijr ayat 21. :
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ
وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
Artinya
: “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
Pada
ayat yang lainnya disebutkan dalam QS. Maryam ayat 21
وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا
Artinya
: “Dan ini perkara yang sudah ditetapkan.”
Dalil Al-Hadits
Riwayat
shahih mengenai hal ini adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ
Artinya
: “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun
yang buruk”.( HR. Muslim).
Riwayat lainnya menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah ta’ala ialah
pena, kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah.’ Pena berkata, ‘Tuhanku,
apa yang harus saya tulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takaran (takdir) segala
sesuatu hingga hari kiamat.” (H.R. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Merujuk pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan riwayat shahih dari Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dapat dipahami bahwa Allah Ta’ala telah
menetapkan takdir seluruh makhlukNya. Riwayat lainnya menjelaskan:
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ
أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.
Artinya
: “Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum
Allah menciptakan langit dan bumi” HR. Muslim, Thirmidzi dan Abu Dawud.
3. PERILAKU MANUSIA YANG MENCERMINKAN IMAN QADA’ DAN QADAR
Ketika benar
benar mempercayai keputusan dan ketentuan dari Allah akan
menampakkan perilaku yang mencerminkan iman kepada kepastian dan ketentuan itu,
sebagaimana berikut:
a.
Mengimani Qada’ dan Qadar dengan sebenar-benarnya akan menjadikan pribadi manusia
menjadi lebih giat dan teratur dalam bekerja dengan sekuat tenaga untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
b.
Menyadari bahwa dirinya adalah insan yang dzalim dan lemah serta meyakini atas
apa yang Tuhan kehendaki dan Kuasanya agar apa yang dilakukanya lebih yakin dan
kokoh.
c.
Menerima masukan, saran dan kritik dari luar diri dan menghindari sikap keras
kepala dan memperbaikinya dengan sikap tawadhu’ (rendah hati) dan meyakini
bahwa semua ini atas pertolongan Allah SWT.
d.
Dalam melangkahkan kaki di setiap harinya haruslah tetap berprasangka baik
kepada Allah SWT dan menghindari rasa pesimistis dalam kehidupanya.
e.
Dengan menjadikan cita-cita yang menjadi dasar kuat untuk mendapatkan kemuliaan
di waktu yang akan datang menjadikan iman lebih kokoh.
f.
Menengadahkan tangan di dada dengan ucapan syukur setiap saat bahkan saat
mendapatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi walaupun itu ujian dari Allah
karena dengan bersyukur itulah maka hidup akan terasa lebih mudah dan ringan
dalam menjalaninya.
4. IMPLEMENTASI
BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa selayaknya memiliki keimanan kepada
Rukun Islam secara utuh. Perilaku-perilaku itu dilakukan tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Perilaku-perilaku itu sebagai beikut:
1.
Berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapai
keberhasilan (Ikhtiar).
Sebelum
menyerahkan segala persoalan kepada Allah Swt. setidaknya orang yang beriman
kepada qadha dan qadar berusaha dengan bersunguh-sungguh dahulu untuk mencapai
keberhasilan atau sesuatu yang diinginkan. Meskipun Allah Swt. berkehendak lain
atas usahanya itu, menandakan takdir Allah Swt. adalah yang terbaik buatnya.
2.
Menyerahkan segala persoalan kepada Allah
(Tawakal).
Setelah
manusia berusaha sebaiknya segala persoalan diserahkan kepada Allah Swt.
Mengapa demikian? Karena manusia adalah lemah jadi tidak mungkin dapat
mengatasi persoalan sendiri. Selain itu manusia perlu ketenangan batin. Maka
sudah seyogyanya bertawakal kepada Allah Swt. Semua itu Allah Swt yang
menentukan lewat takdir-Nya yang tidak dapat ditolak oleh manusia
3.
Selalu bertemia kasih kepada Allah Swt
(Syukur).
Bersyukur adalah ciri orang yang tahu belas
kasih baik yang datang dari sesama manusia maupun dari Allah Swt. Orang yang
senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt. akan ditambah
nikmatnya. Dan tidak mau bersyukur akan mendapatkan azab. Oleh karena itu
selaku orang yang beriman kepada qadha dan qadar sudah selayakny senantiasa
bersyukur kepada Allah Swt.
4.
Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
(Takwa).
Takwa
adalah simbul orang yang beriman. Menjalankan Rukun Islam yang berjumlah 5
(lima) yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan beribadah haji (bagi yang
mampu) crmian orang yang beriman kepada qadha dan qadar.
5.
Rela atau menerima pemberian Allah (Qanaah).
Menerima
pemberian Allah Swt . dengan ikhlas merupan bentuk beriman kepada qadha dan
qadar. Kerelaan yang didasari sudah takdirnya dari Allah akan diterima tanpa
sedikitpun mengeluh atau membandung-bandingkan dengan orang yang lebih
beruntung.
6.
Tahan godaan (Sabar)
Menahan
segala sesuatu dari godaan nafsu dunaiwi juga merupakan perilaku orang yang
mengimani adanya qadha dan qadar. Dia menyadari di dunia penuh godaan dan
ujian. Biasanaya sikap orang tersebut iadak mudah terpengaruh oleh rayuan dunia
yang glamour. Dia lebih suka bertafakur kepada Allah Swt. dan menjalani
takdirnya dengan penuh keikhlasan. Orang ini sadar bahwa segala sesuatu yang
menentukan dan yang menetapkan hanyalah Allah Swt., manusia hanya menjalaninya.
7.
Selalu berdoa
Ikhtiar
saja tidak cukup, harus dibarengi dengan doa agar memuluskan perjalanan. Tidak
hanya doa kita saja, tetapi doa orang-orang tercinta seperti ibu, bapak,
keluarga atau kerabat. Doa juga
menyadarkan kita bahwa semua usaha yang kita lakukan, pada akhirnya adalah
Allah yang menentukan. Sehingga kita harus memohon agar apa yang kita usahakan
dapat tercapai.
5.
PENERAPAN IMAN
KEPADA QADA DAN QADAR DALAM KARAKTER
Dari penjelasan
bab ini, kita dapat menerapkan karakter sebagai berikut:
1. Karakter
Religius
Dari pemahaman beriman kepada Qada
dan Qadar Allah, kalian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan beribadah
kepada Allah Swt. Penerapan yang dapat kamu lakukan dalam kehidupan sehari- hari
antara lain adalah:
• mendirikan salat wajib berjamaah;
• berdzikir setelah shalat; dan
• membaca al-Qur’an setiap hari.
2. Karakter Jujur
Dengan meyakini iman kepada
Qada-Qadar diharapkan dapat memberikan motivasi bersikap jujur dalam kehidupan.
Penerapan karakter jujur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
adalah:
• mengerjakan ulangan dengan jujur;
• membeli barang sesuai dengan
harganya; dan
• mengembalikan barang temuan kepada yang punya.
3. Karakter Peduli Sosial
Penerapan
karakter peduli sosial dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
• membantu teman yang membutuhkan
pertolongan;
• mengeluarkan infaq setiap Jumat;
dan
• membantu korban bencana alam.
4. Karakter Bertanggung Jawab
Penerapan karakter bertanggung jawab
dalam kehidupan sehari- hari antara lain adalah:
• mengerjakan tugas dari guru dengan
sebaik-baiknya;
• membersihkan ruang kamar setiap
hari; dan
• menjadi ketua kelas dengan amanah.
5. Karakter Kreatif
Penerapan karakter tanggung jawab
dalam kehidupan sehari-hari adalah:
• melakukan penelitian yang bermanfaat
bagi masyarakat;
• menyusun program dalam organisasi
dengan kreatif; dan
• menemukan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
5.
HIKMAH
MENGIMANI QADA’ DAN QADAR
Hikmah beriman kepada takdir
(kepastian dan ketentuan Allah) memberikan output dan implikasi yang bagus
untuk maslahat dan pribadi individu, diantaranya:
a. Jika sudah memahami, pasrah dan berusaha
akan qada dan qadar Allah, tentu
memberikan macam-macam kesalehan amal dan akhlaq yang baik.
b. Muslim dan mukmin yang sejati tentu
mempasrahkan seluruh ketentuan yang diberikan kepada Allah baik berupa ujian
maupun kebahagiaan dikembalikan kepada Allah.
c. Mengimani kepastian dan ketentuan Allah
ini dapat menjadikan manusia terlindungi dari akibat-akibat hal-hal yang buruk
yang dapat menjadikan manusia untuk dapat masuk kejurang kesesatan dan kematian
yang buruk atau suul khotimah yang terjadi, dengan memperbanyak berdoa dan
melakukan kegiatan yang baik akan dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
d. Dapat membangkitkan ke dalam jiwa
orang-orang yang beriman dengan keberanian dan mental hati yang kuat dan
keyakinan yang pasti, dan pastinya dengan terus berusaha untuk tetap sabar
ketika ujian telah datang kepada kita.
e. Terdapat sebuah ketenangan hati, dengan
rasa mensyukuri semua apa yang Allah tentukan dan tetapkan oleh Allah SWT
kepada makhluk hidup di alam semesta ini
7. KESIMPULAN
Beriman kepada
Qada’ dan Qadar, menjadikan manusia lebih bisa untuk menjadikan diri mereka
optimistis kepada apa yang diberikan oleh Allah SWT. Semua yang telah terjadi di
alam semesta ini, kepada diri mereka akan mempertebal iman kepada Allah. Takdir
Muallaq (bisa dirubah dengan Ikhtiyar) dan Takdir Mubram (mutlak). Karakter manusia
dengan memahami dan meyakini qada dan qadar Allah, akan memunculkan perilaku yang
baik dalam keseharianya dan tentunya akan mendapatkan hikmah dari apa yang didapatkanya.
Implikasi dari pemahaman yang komprehensif akan keyakinan yang benar terhadap
qada’ dan qadar terhadap pendidikan agama Islam, adalah tertanamnya amal saleh
(perilaku-perilaku positif) pada peserta didik. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang komprehensif akan keyakinan yang benar
terhadap qada dan qadar Allah pada peserta didik memiliki dampak yang sangat
positif, yakni timbulnya amal saleh (perilaku-perilaku positif) dalam
kesehariannya yang juga dapat disebut dengan al-Akhlaq al-Karimah atau akhlaq
mahmudah.
0 comments:
Posting Komentar