Berbagi Kebahagiaan Dengan Yatim dan Du'afa

Mari kita berbagi kebahagiaan dengan para santri yatim dan du'afa penghafal quran, kita bantu wujudkan cita-cita mereka menjadi ilmuan yang hafal Alquran

Program Orang Tua Asuh

Hanya dengan menyisihkan min 20K anda sudah menjadi orang tua asuh para santri yatim du'afa penghafal Al-quran

YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Minggu, 22 September 2024

PEMILIHAN CALON KETUA AL-AQS0

 

Di Pesantren Al-Kautsar 561 Tasikmalaya, pemilihan Ketua Al-Aqso menjadi momen penting yang menggambarkan semangat demokrasi di kalangan santri. Tahun ini, pemilihan tersebut diselenggarakan untuk memilih pemimpin baru yang akan memegang tanggung jawab dalam organisasi santri dan kepengurusan Al-Aqso.

Pemilihan Ketua Al-Aqso dimulai dengan sosialisasi kepada seluruh santri mengenai pentingnya memilih pemimpin yang tepat. Santri diberikan kesempatan untuk mencalonkan diri sebagai ketua, di mana mereka harus memenuhi syarat tertentu dan mendapatkan dukungan dari teman-teman mereka. Proses ini tidak hanya melibatkan pemungutan suara, tetapi juga diskusi dan debat untuk memperkenalkan visi dan misi masing-masing calon.

Antusiasme santri sangat terlihat selama masa kampanye. Setiap calon mengajak rekan-rekannya untuk mendukung mereka melalui berbagai cara, termasuk presentasi ide dan program kerja yang akan dilaksanakan jika terpilih. Suasana penuh semangat ini menciptakan iklim persaingan yang sehat dan positif di antara para santri.

Pada hari pemilihan, seluruh santri berkumpul di aula pesantren. Dengan suasana yang khidmat, mereka melakukan pemungutan suara. Setiap suara sangat berarti, dan santri diajarkan untuk menghargai proses demokrasi ini. Setelah proses penghitungan suara selesai, hasilnya diumumkan dengan penuh semangat.

Calon yang terpilih sebagai Ketua Al-Aqso tidak hanya dianggap sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai panutan bagi santri lainnya. Tanggung jawab besar menanti di depan, termasuk mengorganisir kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, dan pendidikan di pesantren. Dengan terpilihnya ketua baru, diharapkan Al-Aqsha dapat semakin berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi komunitas pesantren.

Pemilihan ini bukan hanya sekadar memilih seorang ketua, tetapi juga merupakan pembelajaran berharga tentang nilai-nilai demokrasi, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial bagi seluruh santri di Pesantren Al-Kautsar 561.













Selasa, 10 September 2024

SANTUNAN SOSIAL SEPTEMBER 2024 AL-KAUTSAR 561

 



 
Tasikmalaya, 10 September 2024

Alhamdulillah dibulan september 2024 Yayasan Al-Kautsar 561 kembali lagi  menyalurkan santunan kepada kaum dhuafa, anak yatim dan janda tidak mampu. Santunan ini sebagai rutinitas dari pengabdian Yayasan untuk ummat dalam memberikan bantuan kemanusiaan.

Yayasan Al-Kautsar 561 dengan segala keterbatasannya sampai saat ini masih terus mencari dan membuka kepada siapapun yang hendak membantu dalam program kebaikan ini.


Tidak lupa juga selalu teriring doa kami untuk seluruh donatur dan agniyya semoga allah membalas atas kebaikan dan kepercayaannya untuk menitipkan sebgaian hartanya kepada kami, semoga bapak dan ibu sekalian dibalas amalan tersebut dengan sebaik-baik balasan dunia juga akhirat, melancarkan segala urusannya memudahkan rezekinya dan mensehatkan diri juga keluarganya. Aamiin Allahumma Aamiin.

Bagi sahabat yang hendak berdonasi untuk jompo, dhuafa, anak yatim dan santri penghafal qur'an bisa melalui rek : 

MANDIRI norek 1310010189498.

BRI Norek 010001011057531

BSI Norek 7104859733

An. Yayasan Al Kautsar 561

BCA an Tati Susilawati 5140139230.

Konfirm ke WA/SMS ke:

Tati Susilawati- MA83(08122469045).

Seno-(0821-1363-6569).

Zidni Mubarok (081563928521)

Adapun diantara kegiatan kebaikan sosial Yayasan Al-Kautsar 561 :

1. Santunan jompo/dhuafa

2. Beasiswa sekolah yatim/dhuafa

3. Beasiswa untuk penghafal Alquran.

4. Membantu orang sakit, musibah

5. Wakaf tanah untuk pesantren

6. Wakaf bangunan pesantren

7. Qurban di hari raya idhul adha

8. Pemberdayaan masyarakat.

 

📙: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561

Dokumentasi penyaluran santunan :

 



































ADAB TERHADAP AL-QUR'AN


Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang agung dan bernilai pahala ketika membacanya.  Tidak hanya sebagai kitab yang dibaca, Alquran pula menjadi pedoman dan petunjuk hidup umat manusia di muka bumi.

Ibarat peta, kita harus paham dalam melihat tempat yang ingin kita tuju agar tidak tersesat, begitupun dengan alquran, petunjuk umat manusia untuk bisa sampai ke negeri akhirat dengan selamat.

Sebagai umat islam yang berusaha untuk mencari ridha dan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentu akan memperbanyak membaca dan berinteraksi dengan alquran. Dalam berinteraksi, perlu memperhatikan adab-adab ketika membaca dan mendengarkan agar bacaan tersebut menjadi berkah dan bernilai pahala.


Adab-Adab Membaca Al-Quran 

Berikut adab-adab dalam membaca alquran yang perlu diperhatikan:

1. Sebaiknya orang yang membaca alquran sudah dalam keadaan berwudhu, membersihkan gigi (bersiwak), memakai pakaian yang suci, dan tempat yang bersih serta suci. 

2. Memilih tempat yang tenang dan waktu yang tepat untuk membaca alquran. Hal ini bertujuan agar kita dapat berkonsentrasi serta memahami makna ayat yang kita baca. 

3. Hendaknya seseorang yang membaca alquran memulai dengan membaca isti’adzah dan dilanjut dengan basmalah pada setiap awal surat kecuali surat At-Taubah, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat An-Nahl ayat 98: 

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: “Apabila kamu membaca alquran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”



4. Disunnahkan untuk memperindah suara saat membaca alquran. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

زينوا القرآنَ بأصواتِكم ؛ فإنَّ الصوتَ الحسنَ يزيدُ القرآنَ حسنًا

Artinya: “Hiasilah alqur’an dengan suara kalian. Sesungguhnya suara yang bagus itu menambah bagus alqur’an,” (HR Abu Dawud, ad Darimi, al Hakim, dan al Baihaqi). 

5. Membaca alquran secara tartil dengan memperhatikan hukum-hukum tajwid dan menghafalkan sesuai dengan makhraj dan tartil. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Al-Muzammil ayat 4:  

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ 

Artinya: “Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah alquran itu dengan perlahan-lahan.

6. Merenungi dan menghayati makna ayat yang dibaca, berinteraksi dengan bacaan dan maknanya. Jika terdapat ayat tentang surga maka memohon surga kepada Allah, berlindung dari neraka bila membaca ayat tentang neraka. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Shad ayat 29: 

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

7. Mendengarkan bacaan alquran dengan baik dan diam atau tidak berbicara. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al-A’raf ayat 204: 

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “Dan apabila dibacakan alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

8. Hendaklah seseorang menjaga alquran dengan tekun membacanya dan mempelajarinya serta senantiasa menjaga hafalan yang dimiliki dengan mengulang-ulang agar tidak lupa. Rasulullah SAW bersabda:

عن أَبي موسى – رضي الله عنه -، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( تعاهدوا هَذَا القُرْآنَ ، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أشَدُّ تَفَلُّتاً مِنَ الإبلِ فِي عُقُلِهَا )) متفقٌ عَلَيْهِ .

Artinya: “Dari Abi Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: Hafalkanlah (dan rutinkanlah) membaca alquran. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, alquran itu lebih mudah lepas daripada unta yang lepas dari ikatannya,” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

9. Hendaknya seseorang tidak menyentuh alquran kecuali dalam keadaan suci. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al-Waqiah ayat 79: 

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

Artinya: “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” 

10. Disunnahkan menyaringkan bacaan alquran selagi tidak ada unsur atau niat negatif, seperti riya atau serupa dengannya, tidak mengganggu orang yang sedang sholat atau sedang membaca alquran. 

11. Berhenti membaca jika sudah mengantuk, karena Rasulullah SAW bersabda:  

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَاسْتَعْجَمَ الْقُرْآنُ عَلَى لِسَانِهِ فَلَمْ يَدْرِ مَا يَقُولُ فَلْيَضْطَجِعْ

Artinya: “Apabila salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit membaca Al Qur’an hingga tidak menyadari apa yang ia baca, maka hendaknya ia berbaring (tidur),” (HR. Muslim).

Demikianlah adab-adab dalam membaca alquran. Semoga kita bisa berusaha melaksanakan yang terbaik sesuai dengan apa yang telah Rasulullah ajarkan.

Wallohu A’lam

dilansir dari https://jurnalistik.tsirwah.com/11-adab-dalam-membaca-dan-mendengarkan-al-quran-nomor-4-sering-dilupakan/

Senin, 02 September 2024

Mulianya Seorang Hamba Karna..?


    Kehidupan manusia di alam dunia merupakan anugrah yang diberikan sang ilahi kepada makhluknya dengan tujuan beribadah kepadanya. Tujuan yang setiap hamba wajib mengemban amanah tersebut, dan salah satu bagian dari kewajiban beribadah kepada allah adalah memiliki akhlak baik kepada diri sendiri juga kepada sesama untuk mendapatkan kemuliaan di dunia ataupun di akhirat. 


Beribadah kepada Allah tidak terpaku hanya pada lingkaran ubudiyyah mahdhoh seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah lainya yang bersifat ruhiyah, tetapi terdapat ibadah goiro mahdoh yaiatu ibadah yang dikerjakan dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan antar sesama manusia dengan niat lillahi ta'ala.

Ibadah Goiro Mahdoh tidak akan pernah bisa terealisasikan jika hubungan sesama manusia tidak terjalin dengan baik. Maka hubungan sosial dengan akhlak yag baik merupakan bagian dari ibadah gori mahdoh yang amat penting dalam menunjang ibadah-ibadah lainya dan jika dilakukan dengan sempurna akan membukakan jalan untuk mendapati keridhoannya sang illahi.
Hubungan sosial ini terhiasi dengan Akhlak karimah yang akan memunculkan kemuliaan-kemuliaan bagi pelakunya dan kemuliaan seseorang dapat diperoleh melalui ilmu sekaligus pengamalan atas keilmuanya tersebut sebagaimana firman Allah :
 
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
(QS. Al-Mujadalah : 11)

Sebagai makhluk sosial yang senantiasa bercengkrama dengan sesama, maka penilaian kemuliaan ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari seorang hamba yang terpancarkan atas prilaku dan juga etika bersosial kepada sesama makhluk allah. Baik dan buruknya perangai seorang muslim kepada muslim yang lain  menandakan tinggi dan rendahnya kadar keimanan dia, sebab Nabi Muhammad S.A.W dalam sabdanya mengatakan : 
"Tidaklah seorang mampu dikatakan beriman sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari)


Dalam upaya memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat seorang tabi'in terkemuka memberikan nasihat guna mendapati kemuliaan tersebut. Imam Ayyub As-Sikhtiyani Rahimahullah Berkata :
 
"Tidak akan mulia seorang hamba hingga dia memiliki dua perangai yaitu, menjaga kehormatan diri dari apa yang dimiliki manusia (tidak meminta-minta) dan memaafkan (kesalahan) yang dilakukan sebagian mereka.”

Menjaga kehormatan diri merupakan kewajiban untuk semua manusia, kehormatan diri memiliki banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari diantara menjaga kehormatan diri sendiri adalah tidak suka dengan meminta-minta sedangkan keadaan masih mampu untuk berusaha. Rasullullah S.A.W Bersabda : 
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah". (HR. Muslim)

Selain menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta-minta Imam Ayyub As-Sikhtiyani juga memaparkan bahwa kemuliaan mampu didapati dengan memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain atas diri kita, hal ini merupakan kunci dari hubungan islami, ketenangan jiwa dan ketentraman hati. 


Memaafkan kesalahan orang lain adalah perilaku yang amat terpuji dan akan memperkuat hubungan tali silaturrahmi dalam kehidupan sosial, lebih dari itu perbuatan memaafkan merupakan bagian dari iman yang paling utama yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W dalam berhubungan sosial kepada sesama manusia sebagaimana sabdanya : 
"Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada". HR. Bukhari.

Allah S.W.T menggambarkan kemuliaan yang didapat dari sifat sabar dan memaafkan melalui firman-Nya :
"Siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan". (QS. Asy-Syu'ara :43).

Wallahu'alam
Tulisan Hamba Allah



📒: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561.