Berbagi Kebahagiaan Dengan Yatim dan Du'afa

Mari kita berbagi kebahagiaan dengan para santri yatim dan du'afa penghafal quran, kita bantu wujudkan cita-cita mereka menjadi ilmuan yang hafal Alquran

Program Orang Tua Asuh

Hanya dengan menyisihkan min 20K anda sudah menjadi orang tua asuh para santri yatim du'afa penghafal Al-quran

YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Tampilkan postingan dengan label Nasehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nasehat. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 September 2024

Mulianya Seorang Hamba Karna..?


    Kehidupan manusia di alam dunia merupakan anugrah yang diberikan sang ilahi kepada makhluknya dengan tujuan beribadah kepadanya. Tujuan yang setiap hamba wajib mengemban amanah tersebut, dan salah satu bagian dari kewajiban beribadah kepada allah adalah memiliki akhlak baik kepada diri sendiri juga kepada sesama untuk mendapatkan kemuliaan di dunia ataupun di akhirat. 


Beribadah kepada Allah tidak terpaku hanya pada lingkaran ubudiyyah mahdhoh seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah lainya yang bersifat ruhiyah, tetapi terdapat ibadah goiro mahdoh yaiatu ibadah yang dikerjakan dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan antar sesama manusia dengan niat lillahi ta'ala.

Ibadah Goiro Mahdoh tidak akan pernah bisa terealisasikan jika hubungan sesama manusia tidak terjalin dengan baik. Maka hubungan sosial dengan akhlak yag baik merupakan bagian dari ibadah gori mahdoh yang amat penting dalam menunjang ibadah-ibadah lainya dan jika dilakukan dengan sempurna akan membukakan jalan untuk mendapati keridhoannya sang illahi.
Hubungan sosial ini terhiasi dengan Akhlak karimah yang akan memunculkan kemuliaan-kemuliaan bagi pelakunya dan kemuliaan seseorang dapat diperoleh melalui ilmu sekaligus pengamalan atas keilmuanya tersebut sebagaimana firman Allah :
 
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
(QS. Al-Mujadalah : 11)

Sebagai makhluk sosial yang senantiasa bercengkrama dengan sesama, maka penilaian kemuliaan ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari seorang hamba yang terpancarkan atas prilaku dan juga etika bersosial kepada sesama makhluk allah. Baik dan buruknya perangai seorang muslim kepada muslim yang lain  menandakan tinggi dan rendahnya kadar keimanan dia, sebab Nabi Muhammad S.A.W dalam sabdanya mengatakan : 
"Tidaklah seorang mampu dikatakan beriman sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari)


Dalam upaya memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat seorang tabi'in terkemuka memberikan nasihat guna mendapati kemuliaan tersebut. Imam Ayyub As-Sikhtiyani Rahimahullah Berkata :
 
"Tidak akan mulia seorang hamba hingga dia memiliki dua perangai yaitu, menjaga kehormatan diri dari apa yang dimiliki manusia (tidak meminta-minta) dan memaafkan (kesalahan) yang dilakukan sebagian mereka.”

Menjaga kehormatan diri merupakan kewajiban untuk semua manusia, kehormatan diri memiliki banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari diantara menjaga kehormatan diri sendiri adalah tidak suka dengan meminta-minta sedangkan keadaan masih mampu untuk berusaha. Rasullullah S.A.W Bersabda : 
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah". (HR. Muslim)

Selain menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta-minta Imam Ayyub As-Sikhtiyani juga memaparkan bahwa kemuliaan mampu didapati dengan memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain atas diri kita, hal ini merupakan kunci dari hubungan islami, ketenangan jiwa dan ketentraman hati. 


Memaafkan kesalahan orang lain adalah perilaku yang amat terpuji dan akan memperkuat hubungan tali silaturrahmi dalam kehidupan sosial, lebih dari itu perbuatan memaafkan merupakan bagian dari iman yang paling utama yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W dalam berhubungan sosial kepada sesama manusia sebagaimana sabdanya : 
"Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada". HR. Bukhari.

Allah S.W.T menggambarkan kemuliaan yang didapat dari sifat sabar dan memaafkan melalui firman-Nya :
"Siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan". (QS. Asy-Syu'ara :43).

Wallahu'alam
Tulisan Hamba Allah



📒: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561.


Minggu, 28 Januari 2024

SANTUNAN AL-KAUTSAR 561 UNTUK JOMPO KURANG MAMPU DAN DHU'AFA

 


Yayasan Al-Kautsar 561-

Alhamdulillah di penghujung bulan januari tahun 2024 Yayasan Al-Kautsar 561 kembali memberikan bantuan kepada fakir miskin yaitu jompo tidak mampu dan dhuafa berupa uang tunai yang merupakan titipan dari donatur dan agniyya. Kami ucapkan terimakasih jazakumullah khairan katsiran atas kepercayaannya menitipkan amanah ini ke Yayasan Al-Kautsar 561 semoga allah menjadikan amalan ini sebagai amalan kebaikan yang bermanfaat untuk penerima, untuk yayasan dan untuk mushaddiq (donatur yang bersedekah) didunia dan akhirat. aamiin.

Bagi sahabat yang hendak bersedekah, berwakaf dan berinfaq untuk ummat baik itu anak yatim, pembangunan pesantren, sedekah/wakaf santri tahfidz dan sedekah/infaq untuk faqir miskin bisa menyalurkannya lewat Yayasan Al-Kautsar 561 melalui : 

MANDIRI norek 1310010189498
BRI Norek 010001011057531
BSI Norek 7104859733
An. Yayasan Al Kautsar 561
BCA an Tati Susilawati 5140139230.

Dan bisa melalui : www.kitabisa.com/otaaka561

Konfirm ke WA/SMS ke:
Tati Susilawati MA83 (08122469045).
Seno-(0821-1363-6569).
Zidni Mubarok (081563928521)

📙: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561

Dokumentasi penyaluran santunan : 




















Senin, 22 Januari 2024

CARA SYAITHAN MENGGANGGU HAMBA ALLAH

Yayasan Al-Kautsar 561- 

Syaithan selalu memiliki ratusan bahkan hitungan cara yang tak terbatas untuk mengganggu keturunan adam sebagai hamba allah dalam kemaksiatan. Godaan syaithan kepada manusia tidak akan pernah lepas sampai manusia tersebut benar-benar meninggalkan jalan Allah S.W.T dan menjadi pengikutnya.

K.H. Ahmad Subki, Lc. M.Sy menjelaskan cara-cara syaithan mengganggu hamba allah, dalam kegiatan pengajian rutin karyawan Al-Kautsar 561 pada hari kamis, 19 Januari 2024. Beliau mengutarakan bahwa pada dasarnya seorang manusia memang tempatnya salah dan sebaik-baik orang yang salah adalah mereka yang mau meminta ampunan kepada Rabbnya, namun mengapa kesalahan (kemaksiatan) yang kita lakukan selalu terulang kembali meskipun kita tahu bahwa hal tersebut adalah sebuah kesalahan dan sebuah keburukan. 

Kemaksiatan yang terus terulang merupakan bukti bahwa syaithan tidak hanya mengganggu dan menggoda hamba allah sekali saja tetapi ia akan terus mencoba menjatuhkan hamba allah berulang kali bahkan ketika sang hamba sudah terjatuh dalam godaanya. Hal ini dijelaskan kembali oleh K.H. Ahmad Subki, syaithan memiliki cara-cara dalam menjerumuskan manusia dari sekian banyaknya cara yang syaithan gunakan terdapat cara-cara yang paling jelas dan sering terjadi dikehidupan manusia.

  1. Tazyin : Memutarkan pandangan pada kebaikan menjadi pandangan keburukan. Syaithan kerap kali mencoba menjatuhkan keimanan seorang hamba allah dengan membuat amalan kebaikan seakan-akan amalan tersebut adalah sebuah keburukan yang tidak bermanfaat, seperti contoh adalah seorang hamba sudah menjadwalkan untuk mengikuti kegiatan pengajian namun satu jam sebelum keberangkatannya ia tiba-tiba merasa malas dan bercetus "ah lebih enak istirahat deh siang-siang mah capek lah harus jalan ke masjid". Turunnya rasa semangat dalam mengikuti majlis yang merupakan sebuah amal kebajikan dijadikan oleh syaithan seakan-akan itu adalah hal yang menyusahkan untuk dirinya.
  2. Talbis  : Menghasut Hamba Allah untuk melakukan keburukan. Kerapkali kita merasa sadar bahwa apa yang kita kerjakan adalah sebuah perbuatan dosa dan akan dipertanggung jawabkan, tetapi hal demikian senantiasa teracuhkan oleh pikiran kita yang terbawa oleh suasana nafsu sehingga perasaan bersalahpun menjadi berlalu dan kemaksiatanpun tertuju. Hal demikian merupakan cara syaithan yang mencoba menjatuhkan hamba allah dalam ketaatannya, syaithan sadar bahwa kita mengetahui akan kesalahan dari perbuatan tetapi syaithan terus berbisik dan menghasut dengan membuat anggapan kita menjadi salah. K.H. Ahmad Subki memberikan contoh dalam hal ini seperti seseorang yang membutuhkan uang, terpikirkan olehnya untuk meminjam uang dari Bank tetapi ia ragu karna mengetahui bahwa bank seringkali terlibat pada kategori Riba, dengan hasutan syaithan terus menerus hingga yang sebelumnya sang hamba berfikir untuk tidak meminjam ke bank, berubah  menjadi berpikir "toh minjam kebank ga jahat ini ke orang lain, ga ngerugiin orang lain ini". Jatuhlah ia kepada sebuah kemungkaran.
  3. Taswif  : Menunda manusia untuk bertaubat kepada Allah. Selain dengan membisikkan kepada keturunan adam dan hawa untuk melakukan sebuah kemungkaran syaitan juga menghasut dengan mengajak kaum manusia agar menunda-nuda taubatnya dengan memberikan gambaran bahwa usia muda adalah fase terindah dan taubat nanti saja ketika sudah tua. Padahal kita tidak tahu kapan ajal akan datang, entah diwaktu tua ataupun muda sekalipun. Allah S.W.T Berfirman : 
    أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ
    Artinya: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS Al-Hadid: 16). 
  4. Tadlil : Menyesatkan dari jalan yg benar dan lurus. Syaithan tidak hanya menghasut orang-orang yang keimanannya sedang turun atau orang-orang yang tidak pandai dalam ilmu agama tetapi syaithan menghasut kesemua manusia dari setiap kualitasnya bahkan Kiyai pun dibuatnya untuk tunduk terhadap hasutannya. Godaan syaithan seringkali lebih besar dibuatnya kepada para orang-orang berilmu, agar mereka yang berilmu jatuh kedalam kesesatan meski sudah mengetahui keilmuannya. Menjadikan kesombongan muncul dihati orang-orang shalih, ingin dilihat ketika beribadah,berdakwah dan amalan-amalan kebaikan lainnya sehingga lunturlah pahalanya dan hancurlah imannya. 
  5. Tay'as : Membuat manusia merasa putus asa. Tak cukup dengan membuat manusia jatuh kepada perbuatan maksiat, syaithan juga terus menghasut manusia agar merasa putus harapan dari pintu ampunan allah dengan hasutan "sudahlah kamu malu bertemu tuhanmu sedangkan kau sudah berbuat kemungkaran dihadapannya, sudah tinggalkan saja taubatmu ini toh Ia tak sudi melihatmu", sehingga manusia yang terlanjur berbuat kemaksiatanpun merasa pesimis dari ampunan Allah hingga tak kunjung taubat, sampai akhir hayatnya dan syaithan pun tertawa riang karna kesuksesaannya menjatuhkan manusia pada kehancuran dunia dan akhirat. 
Kiyai Haji Ahmad Subki menjelaskan jebakan syaithan ini selalu beriringan, jika ia tak mampu menjatuhkan dengan satu hasutan maka ia akan terus mencoba dan mencoba dengan hasutan-hasutan lainya hingga pada titik dimana harapan sang hamba sirna akan pintu taubat milik Raab-Nya. Padalah pintu taubat Allah selalu terbuka kapanpun dan dimanapun sebelum nyawa berada dikerongkongan sang hamba. Allah S.W.T berfirman dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah S.A.W bersabda : 


عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم  يَقُوْلُ :  قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً 

Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”  [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].

 Dalam kajian karyawan yang diisi oleh K.H Ahmad Subki beliau juga menjelaskan bahwa godaan yang dilakukan syaithan kepada manusia itu masuk dalam kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan godaan tersebut melesat cukup besar hingga iman tak kuat menjaga kestabilan ketaqwaannya. Diantara kondisi-kondisi manusia yang kerap kali dimasuki oleh syaithan ialah : 
  1. Al-Jahlu : (Kebodohan), dimana seseorang mudah kali jatuh kedalam perangkap syaithan jikalau dirinya tidak mengetahui ilmu untuk menjaga diri dari godaan tersebut. Imam As-Syafii berkata Al Ilmu Nurun Wal Jahlu Zulmun (Ilmu itu adalah cahaya penerang sedangkan kebodohan adalah kegelapan yang membahayakan). 
  2. Hubbun Dunya : (Cinta Terhadap Dunia), sesorang yang gila dan berambisi untuk keduniawian saja akan dengan mudah dijatuhkan oleh godaan syaithan terhadap targetan yang ditujunya. Cinta dunia membutakan hati dan akal akan hari pertanggung jawaban, seringkali orang-orang menghalalkan segala cara untuk mewujudkan ambisi duniawinya tanpa memikirkan dampak agamanya. Hal ini bukan berarti kita sebagai manusia dilarang untuk mengejar dunia namun kita diajarkan untuk menjadikan dunia sebagai wasilah mengejar akhirat kita sebagaimana firman Allah S.W.T dalam Kitabnya :                                                                                                             وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ                                                                                                                                 Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
  3. Al-Ghodobu : (Kemarahan). Sebagai manusia pasti akan merasakan emosional dalam berkehidupan karna sudah menjadi sifat yang melekat pada diri manusia sekalipun orang shalih. Namun sayangnya seringkali seseorang terbawa akan amarahnya hingga syaithanpun masuk kedalam akal pikirannya yang menjadikan dirinya tidak bisa mengontrol kekuasaan nafsu marahnya. Banyak sekali kemodorotan yang ditimbulkan dari ketidak bisaan menahan amarah saat emosi melunjak, karnanya ulama banyak yang berbicara bahwa "Algodobu qoblahu jununun wa badahu nadamun", artinya : Amarah sebelum selesai ia sangat menggilakan dan setelah ia hilang (amarahnya) menjadi sebuah penyesalan. Kiai Haji Ahmad Subki memberikan penawaran akan emosional yang sering tak terkontorl yaitu dengan menjaga lisan ketika marah beliau mengutip dari sebuah mahfudzot "دواء الغضب الصمت : Obat-nya marah adalah Diam".

Demikianlah cara-cara syaithan dalam menggangu hamba allah pada ketaatannya agar terjatuh kedalam lubang kemaksiatan. Semoga kita mampu menjaga keimanan kita dari hasutan-hasutan syaithan dengan izin allah. Waallahu A'lam

📙:Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561

Minggu, 12 Februari 2023

MENCINTAI ALLAH ﷻ


Apa yang dimaksud mencintai Allah SWT?

Cinta kepada Allah berarti menempatkan Allah di lubuk hati dengan khidmat. Bukti nyata dari mencintai Allah adalah dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Cinta kepada Allah adalah selalu menjadikan Allah sebagai dasar atas segalanya.

Apa ciri mencintai Allah?

    Orang yang sungguh cinta pada Allah akan bersegera dalam melakukan kebaikan, tidak menunda-nunda apalagi menangguhkan perbuatan baik. Jika kita masih suka mengulur-ulur waktu untuk perbuatan yang baik dan mulia, maka itulah tanda bahwa kita belum benar-benar mencintai Allah.

    Mencintai Allah adalah merasa kasih dan cinta yang tulus dan dalam terhadap Allah. Dalam agama Islam, mencintai Allah merupakan salah satu prinsip dasar yang dianggap sangat penting. Mencintai Allah berarti mempercayai dan memahami bahwa Allah adalah Tuhan yang satu-satunya, menghargai dan menghormati-Nya, serta melakukan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya. Mencintai Allah juga berarti mengabdikan diri kepada-Nya, mengikuti ajaran-Nya, dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan-Nya.

    Orang beriman akan sangat besar cintanya kepada Allah dan pasti lebih besar dari apapun selain diri-Nya sebagaimana firman-Nya :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ ١٦٥

Artinya :

"Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal)."

Apa hikmah dari mencintai Allah?

Mencintai Allah memiliki banyak manfaat atau hikmah bagi kehidupan seseorang. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Mencintai Allah dapat membantu seseorang untuk lebih bahagia dalam hidupnya dan memberikan tujuan yang jelas bagi kehidupannya.
  2. Mencintai Allah dapat membantu seseorang untuk lebih dekat dengan-Nya, sehingga dapat merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupannya.
  3. Mencintai Allah dapat membantu seseorang untuk lebih memahami dan menghargai ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh-Nya, sehingga dapat menjadi lebih baik dalam kehidupannya.
  4. Allah mencintai kita bukan berarti Allah tidak pernah memberikan cobaan atau ujian dalam hidup kita. Cobaan dan ujian tersebut diperlukan untuk membantu kita menjadi lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih dekat kepada Allah. Namun, Allah selalu memberikan pertolongan dan bimbingan kepada kita selama kita mau meminta pertolongan dan bimbingan kepada-Nya. 
  5. Allah memberikan cobaan berat kepada Nabi Ayyub a.s selama hidupnya. Tidak berarti Allah tidak cinta kepada Nabi Ayyub a.s. Demikian juga ketika Allah menguji Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Isa dan tentunya Rasulullah s.a.w dengan berbagai penderitaan yang semuanya bisa dilalui dengan sabar. 
  6. Allah juga selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan meminta ampunan atas segala kesalahan yang telah kita lakukan. Hal ini merupakan tanda kasih sayang Allah terhadap kita, karena dengan bertaubat dan meminta ampun, kita dapat menjadi lebih baik dan lebih dekat kepada Allah. 
  7. Jadi, mencintai Allah bukan berarti kita tidak pernah mengalami cobaan atau ujian dalam hidup. Namun, dengan mencintai Allah, kita akan lebih mampu menghadapi cobaan dan ujian dengan lebih kuat, bijaksana, dan dekat kepada Allah.
  8. Mencintai Allah tercermin dari cintanya kita kepada saudara2 mukmin melebihi kita sendiri. Seperti cintanya sahabat Anshar kepada sahabat Muhajjirin sebagaimana firman Allah ﷻ :

    وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ ٩

 Artinya : "Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung."








Kamis, 16 Oktober 2014

Keutamaan Hari Jum’at

Keutamaan Hari Jum’at
Oleh: Rifqi Fauzi 
(Penulis Al-quran Tematis (Mizan, 2012) dan Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir)

Ditengah masyarakat kita bahkan di dunia barat sekalipun hari Jum’at lebih dikenal dengan keangkeran dan kemistisannya daripada keutamaanya. Dalam kepercayaan masyarakat kita, Jumat Kliwon merupakan hari sangat angker dan mistis di dunia barat juga dikenal Friday the 13th sebagai hari yang sama dipercayai sebagai suatu yang mistis. Padahal dalam ajaran Islam hari jumat justru sebaliknya, Islam sangat memuliakannya bahkan hari tersebut merupakan hari raya mingguan bagi umat Islam.

Jum’at adalah salah satu nama hari dalam sepekan, penamaan hari ini digunakan padamulanya oleh bangsa-bangsa arab, yang selanjutnya juga digunakan oleh negara-negara yang menganut Islam cukup besar salah satunya adalah Indonesia. Pada masa jahiliah, masyarakatnya menamakannya hari Jum’at dengan sebutan al-‘arubah yang mempunyai arti rahmat.

Dalam bahasa arab, kata ju’mat berasal dari kata ( الْجَمْعُ/al-jam’u ) yang berarti mengumpulkan sesuatu yang terpencar, menurut al-qamus al-muhith merujuk para ahli qiraat, cara membacanya ada tiga: dengan didhammah huruf mimnya (اْلجُمُعَة/ al-jumu`atu), difathahkan mimnya (اْلجُمَعَة/ al-juma`atu) atau disukunkan mimnya (اْلجُمْعَة/ aljum`atu).
Adapun tentang alasan dinamakan hari Jum’at, para ulama berbeda pendapat, dalam Fathul Bari, Al-Hafizh ibnu Hajar  telah menyebutkan pendapat-pendapat ulama tersebut, lalu menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa dinamakan hari Jum’at karena penciptaan nabi Adam As. terjadi pada hari tersebut.

Landasan pendapat ini, adalah hadits Salman Al-farisi radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Saw., berkata kepadanya, “Wahai Salman, apa itu hari Jum’at?”. Salman menjawab, “Allah Swt. dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”, nabi Saw. mengulangi pertanyaan tersebut sampai tiga kali, dan salman selalu menjawab dengan jawaban yang sama, lantas nabi Saw. mengatakan, “Wahai Salman, hari Jum’at terkumpul padanya penciptaan bapakmu atau bapak kalian. ”(H.R Ibnu khuzaimah)
Hadits tadi juga diperkuat dengan hadits lainnya, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “sebaik-baik hari yang terbit matahari pada waktu itu adalah hari jum’at. Pada hari itu adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga, dan dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim)

Sedangkan profesor Wahbah Juhaily dalam kitabnya Tafsir Al-Munir mengutip dari tafsir Al-Ausi, menyebutkan bahwa penamaan hari Jum’at dikarenakan berkumpulnya manusia pada hari itu untuk melaksanakan sholat dan orang yang pertama yang menamakan hari jumat adalah Ka`ab Bin Luay.
Kenapa hari Jum’at menjadi hari spesial dan mempunyai keutamaan dibanding hari-hari yang lainnya? Pertama, hari Jum’at merupakan satu satunya hari yang dijadikan nama surah dalam Al-Qur’an hal ini tentunya menjadi pertanda keutamaan dan menjadikannya hari spesial untuk memperbanyak ibadah didalamnya selain tentunya kewajiban sholat Jum`at maka tidak salah Allah swt. Menjadikan hari Jum’at sebgai hari rayanya umat Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Wahai segenap kaum muslimin, sesungguhnya ini (hari Jum`at) adalah hari yang dijadikan oleh Allah Swt. sebagai hari raya bagi kalian.” (HR. Thabarani dan dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’).

Pada dasarnya Allah telah menjadikan Jum’at sebagai hari raya bukan saja bagi pengikut Nabi Muhammad  tapi juga memerintahkan kepada umat sebelumnya  yaitu umat nabi Musa As. dan nabi Isa As. untuk menjadikan hari Jum’at sebagai hari raya dalam beribadah  namun mereka menyelisihinya. Rasulullah saw. pernah menegaskan  dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah  beliau bersabda, “Kami adalah ummat yang paling akhir, namun paling pertama kelak di akhirat. Kita adalah ummat yang pertama kali akan masuk ke dalam surga, padahal ummat sebelumnya diberikan kitab sebelum kami. Kami diberikan kitab setelah mereka, namun mereka berselisih di dalamnya (maksudnya tentang hari jum’at sebagai hari khusus untuk beribadah). Allah lalu memberikan petunjuk kepada kita semua dari kebenaran yang mereka perdebatkan. Ini (hari jumat) adalah hari  yang diperdebatkan oleh mereka, dan allah telah memberikan petunjuknya kepada kita. Hari jum’at menjadi hari raya bagi kami, dan besoknya adalah hari raya bagi Yahudi, dan besoknya hari raya bagi Nashrani” (HR. Bukhari)

Ibnu hajar Al-Asqalani mengomentari hadits tersebut dalam kitabnya Fathul Bary, menurut beliau hadits diatas menunjukan bahwa dijadikannya hari Jum’at sebagai hari raya bagi umat Nabi Muhammad karena petunjuk Allah sedangkan Yahudi dan Nashrani memilih Sabtu dan Ahad berdasarkan ijtihad mereka yang keliru.

Pendapat Ibnu Hajar diatas berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang dikuipnya dalam kitab Fathul Bary, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan hari Jum’at kepada kaum Yahudi (untuk dijadikan hari beribadah), namun mereka menolak. Mereka mengatakan: “Wahai Musa, sesungguhnya Allah pada hari Sabtu tidak menciptakan apapun, maka jadikanlah hari Sabtu itu sebagai hari raya bagi kami (sebagai ganti dari hari jum’at).

Nabi Musa pun lalu menjadikan Hari Sabtu sebagai hari raya bagi mereka”. (HR. Ibnu abi hatim) selanjutnya menurut Ibnu Hajar, sangat tidak aneh jika umat Yahudi menyelisihi perintah Allah Swt. karena dalam Al-quran karakteristik mereka adalah selalu menyelisi perintah Allah Swt
Kedua, menurut Rasulullah saw. yang menjadikan hari jum`at begitu spesial adalah dikarenakan pada hari tersebut nenek moyang pertama manusia yaitu Nabi Adam diciptakan dan pada hari tersebut juga Nabi Adam dimasukan ke surga untuk menjadi tempat tinggalnya begitupun dengan peristiwa pengusiran Nabi Adam dari surga dikarenakan gangguan syaitan juga terjadi hari Jum’at beliau bersabda, “Sebaik-baik hari yang terbit matahari pada waktu itu adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga, dan dikeluarkan dari surga” (HR. Muslim) 
Ketiga, Hari kiamatpun yang menjadi hari kehancuran alam semesta beserta isinya  juga terjadi pada hari Jum`at Rasulullah pernah bersabda, ”Tidak akan terjadi kiamat selain pada hari jum’at.” (HR. Muslim). Hal ini tentunya menjadi hikmah yang baik bagi umat Islam dengan terjadinya kiamat di hari Jum’at menandakan Allah menginginkan akhir peradaban manusia berakhir dalam kebaikandimana hari Jum’at merupakan hari di dalamnya diperintahkan umat Islam untuk memperbanyak amalan amalan ibadah dan menjauhi segala maksiat kepada Allah swt. dalam sebuah hadits Rasulullah saw. menyebutkan bahwa semua hewan menutup pendengarannya dari mulai pagi hingga terbenam matahari karena takut terjadinya kiamat kecuali jin dan manusia (HR. Abu daud) hadits tersebut menandakan bahwa hewan saja takut terjadinya kiamat maka apalagi manusia yang menanggung perintah untuk beribadah maka sudah selayaknya mempersiapkan diri menghadapi kiamat.
Keempat, Karena kemuliaannya hari Jum’at, jika ada umat Islam yang meninggal dihari tersebut  maka orang tersebut terbebas dari fitnah kubur karena tentunya masuk akal, bagi umat Islam  hari Jum’at menjadi hari yang mengharuskan umat Islam selalu dalam kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Tiada seorang muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malamnya kecuali Allah Subhanahu wata’ala akan menghindarkannya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr ).
Penulis Bisa Dihubungi Melalui Email: abu.nizhan@gmail.com/HP: 085295963599



Jumat, 04 April 2014

Mengolah Hati Untuk Meraih Makna

Hati-hati dengan cara hidup kelihatannya mengejar akhirat atau berbuat untuk akhirat, tapi cara dan hatinya bukan mencari Ridlo Alloh, ada yang kesannya untuk dunia, tapi sesungguhnya ia telah nyimpan investasinya untuk akhirat. Jangan biarkan hati dan jiwa ini terbelnggu oleh hawa nafsu yang mengotori tujuan kita untuk memperoleh Ridlo-Nya. Ada hal-hal yang kita tidak sadari akhinya melahirkan berbagai macam kemunafikan dan kedzaliman yang tidak dirasa atau samar-samar kita memahaminya. Hingga tumbuhlah ke engganan untuk berbuat segala sesuatu yan sesuai dengan  aturan yang sebenarnya. Kita kadang tidak pernah menyertakan akal sehat kita, kita tidak pernah melibatkan keilmuan kita, dan kita tidak punya naluri atau kemampuan membaca tentang isyarat-isyarat yang punya nilai kebenaran itu sendiri, pola pikirnya polos sehingga sinyal-sinyal yang mengandung nilai-nilai Ilahiah (kebenaran) tidak bisa di tangkap hatinya. Bahkan untuk mau minta petunjuknya pun selalu berdalih atas nama hasrat dan keinginan hawa nafsunya sendiri. Alloh dan aturan-aturannya ditempatkannya pada posisi berikutnya setelah keinginnan dan tujunnya.

Jangan biarkan hawa nafsu bebas berkelana mengendalikan jiwa kita tanpa pengendalian yang terarah, tanpa pengolahan hati dan pikiran yang matang, yang dapat membawa hikmah dan kebarokahan yang maslahat, olahlah hati dan pikiran ini dengan pengolahan dan penataan yang tepat dan proporsional (sesuai pada tempatnya), sehingga dapat melahirkan ucapan dan tindakan yang  menyejukan dan menyamankan dirinya dan lingkungannya. Endingnya dapat membawanya pada keselamatan dunia dan akhirat. Tempatkan kejujuran pada hati kita untuk modal memperoleh kenyamanan dan ketenangan dalam menjalani hidup ini, kenyamanan dan ketenangan tidak bisa kita raih dengan cara yang salah, sikap yang salah atau cara yang instan. Semua harapan dan amal soleh itu bisa kita raih dengan ilmu dan usaha yang  keras, juga dengan cara menyikapi dengan sikap yang terbaik dalam menghadapi segala permasalahan(sebaik-baiknya dalam bersikap/beretika). Sejauh mana kita mampu mentransfer dan mengaplikasikannya ahlak mulia yang dicontohkan oleh Rosululloh SAW,  yang berorientasi pada Al-Qur’an. Selain indah, sejuk, damai dan kita selalu ada dalam posisi yang selamat penuh kebarokahan, tidaklah berlebihan bila kita berasumsi yang bermuara pada keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki, logikanya setiap ahlak mulia itu yakin akan membawa kita ke jalan keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Manusia memang selalu berkeluh kesah, banyak hal di dalamnya yang membuat manusia tidak bisa lepas dari sipat ini. Termasuk kurangnya rasa syukur, segala kenikmatan yang telah Alloh berikan kepada hamba-Nya tidak pernah ia syukuri apalagi harus mentafakurinya. Sehingga hidupnya selalu resah dan gelisah (jauh dari ketenangan batinnya), penuh dengan gejolak nafsu amarah yang menguras energinya dan tidak pernah merasa puas meski harapan dan keinginnannya telah tercapai. Tapi begitu ada hal yang baru, selalu timbul keinginannya untuk memiliki hal yang baru itu, kadang tak pernah memikirkan, apakah itu akan memberikan kemaslahatan bagi dirinya atau sebaliknya. Kalau sikap ini tidak dinetralisir atau tidak dibentengi dengan ke imanan dan sikap yang terbaik, semua ini akan menjebak dirinya kepada kelalaian dan kekufuran. Yaitu kufur nik’mat. Na’udzubillahimindzalik.

Aplikasinya semua itu bisa kita minimalisir atau kita bisa atasi dengan cara pemaksaan untuk menghijrahkan segenap jiwa raga kita untuk ber-amar ma’ruf nahi mungkar, bahkan lebih baik lagi dengan kesadaran yang tulus untuk menghijarkan diri kita, dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang (minadzdzulumati ilannur). Tepatnya dari keburukan sikap (pengekangan hawa nafsu secara benar) menuju implementasi amal soleh yang tepat sesuai dengan aturan main Sang Maha Pengatur. Dan akhirnya bermuara pada ketaatan yang istiqomah dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Salah satu Efek dari pengabdian hamba Alloh secara totalitas Kepada-Nya adalah mendapatkannya (pencerahan) ketenangan lahir batin, indah dan sejuknya dalam bersikap yang didasari karena Alloh. Insya Alloh pada akhirnya keselamatan dan kebahagiann Dunia dan Akhirat bisa di raihnya. Amin, Wallohu’alam bishshawab. 

By:H.A.Juandi Sulaeman

___________________________________________________________________________
Bagi yang akan berpartisipasi :
   Bank Mandiri a/n: "Yayasan Al Kautsar 561" Norek: 131 00 10189498
   BCA KCB BTC a/n: "Tati Susilawati"                Norek: 5140139230
   BNI Cab. ITB a/n: "Tati Susilawati"                Norek: 0063788860 
   Kirim Konfirmasi setelah pengiriman ke:
   Hp. 081 224 690 45, PIN. 2293EA61

Semoga Allah SWT. dengan berlipat-lipat baik di dunia maupun diakhirat kelak
Amin....