Jumat, 31 Maret 2023
SEDEKAH RAMADHAN UNTUK ANAK YATIM
Minggu, 26 Maret 2023
Kisah Taubatnya Sang Pembuhuh 99 Jiwa manusia
Dalam
kajian Kitab Riyadhus Shalihin dan Ihya 'Ulumuddin, Pimpinan Yayasan
Al-Fachriyah Tangerang Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan menceritakan
sebuah kisah yang menggugah hati. Kisah ini masuk dalam kategori bab tobat dan
syukur.
Habib Jindan mengatakan bahwa hakikat tobat hukumnya wajib. Apabila dosa
itu kaitannya dengan Allah Ta'ala, maka ia wajib bertobat untuk lepas dari
dosa, menyesali kesalahannya dan berjanji tidak ingin mengulangi lagi.
Kalau berkaitan dengan hak manusia misalkan harta, maka dia wajib
mengembalikannya. Kalau berkaitan dengan kehormatan orang itu misalnya pernah
mengghibahi, maka ia harus minta maaf. Habib Jindan menceritakan kisah seorang
pembunuh di zaman Nabi Musa 'alaihissalam yang dinukil dari Kitab Shahih
Al-Bukhari .
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu pada
masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia
bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia
ditunjuki pada seorang rahib (pendeta). Lantas ia pun mendatanginya dan
berkata, "Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya
diterima?" Rahib pun menjawabnya, "Orang seperti itu tidak diterima
taubatnya." Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa
yang telah ia renggut nyawanya. Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang
keberadaan orang yang paling 'alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada
seorang 'alim.
Lantas ia bertanya pada alim tersebut, "Jika seseorang telah
membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?" Orang alim itu pun
menjawab, "Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara
dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di
sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta'ala,
maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu
(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek."
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim
tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, kematian pun menjemputnya.
Akhirnya, terjadilah perselisihan antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab.
Malaikat Rahmat berkata, "Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan
menghadapkan hatinya kepada Allah". Namun Malaikat azab berkata,
"Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun".
Lalu datanglah Malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat
untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini
berkata, "Ukurlah jarak kedua tempat itu (jarak antara tempat jelek yang
dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat,
maka ia yang berhak atas orang ini."
Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan
bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, ruhnya pun
dicabut oleh Malaikat rahmat." Hikmah Dibalik Kisah Ini "Kalau antum
(anda) ditanya tentang ilmu sampaikan, jangan menghakimi.
Malaikat azab bilang ini milik gue. Malaikat rahmat bilang enggak dia
sudah buat kebaikan. Malaikat kalau beda pendapat gak saling mencaci, gak
saling membully. Gak ada sombong-sombongan. Akhirnya diutus Malaikat lain dalam
wujud manusia.
Ini orang diukur saja dari tempat berangkatnya lebih dekat ke tempat
kampung shalihin apa penjahat? Pas diukur lebih dekat ke kampung shalihin
sejengkal. Ia mati dekat kampung shalihin," kata Habib Jindan.
Subhanallah, Nabi Musa 'alaihissalam ketika dijemput kematian mengatakan
dekatkan saya ke Tanah Suci (Baitul Maqdis).
Akhirnya beliau meninggalnya di luar Tanah Suci jaraknya masih satu
batu. Rasulullah SAW setiap hari bertobat lebih dari 70 kali, juga dikatakan
bertobat sehari 100 kali. Lebih gampang tobat kepada Allah. Jika kita bikin
dosa sama manusia bisa ribet gak kelar-kelar, diungkit terus. Dalam hadis Nabi,
Allah Ta'ala lebih gembira akan taubat seorang pendosa. Allah Ta'ala
membentangkan tangan-Nya kepada yang bertaubat. "Kalau tobat jangan
menunggu besok, buruan tobat. Baru banget maksiatnya tidak apa-apa tobat.
Jangan seperti Fir'aun sudah mau mati baru bilang tobat. Selama matahari
belum terbit dari barat akan diterima. Matahari menjelang hari Kiamat akan
terbit dari barat. Bangun masih gelap sampai itu orang ngumpul di jalanan
menantikan matahari. Gak tahunya pas matahari terbit dari barat. Saat itu tobat
tidak diterima lagi," kata Habib Jindan yang juga murid ulama besar Yaman,
Al-Habib Umar bin Hafiz.
Akhlaqul Karim Bab Taubat
Makna Taubat
Secara
etimologi taubat berasal dari bahasa arab yang diambil dari huruf ta, wau dan
ba. Dalam bentuk fi’il sulasi mujarrad yakni tâba- yatûbu-taûbatan
mengandung arti Al-rujû’ (kembali). Sedangkan secara terminologi taubat
adalah kembali kepada Allah SWT yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang dengan
penuh ketaatan dan ketundukan serta meninggalkan larangannya. Menurut pandangan
Imam Al-Alusy dalam kitab Ruh Al-Ma’aniy ia mengartikan kata tersebut
kedalam bentuk penyesalan (menyesali). Maksudnya menyesali perbuatan yang telah
dilakukan seseorang karena ia menyadari bahwa perbuatannya itu bertentangan
dengan kehendak dan keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, persyaratan penting
bagi seseorang yang ingin diampuni dosa dan kesalahannya yaitu melakukan amal
kebaikan yang sebelumnya ia tinggalkan dan menyesali perbuatan dosa yang pernah
ia lakukan.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian
taubat, diantaranya:
a)
Syaikh Abdul al-Qâdir Al-Jaîlânî mengatakan bahwa taubat
menunjukan seseorang akan kembali dengan penyesalan dan keikhlasan yang
semurni- murninya dengan disertai penyesalan atas dosa yang telah dilakukan,
menjauhi dari dosa yang akan datang, dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran
yang berkaitan dengan lainnya.
b)
Imam al-Ghazâlî dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin
mengatakan bahwa taubat yaitu kembali menempuh jalan yang benar dari jalan yang
salah yang telah dilaluinya.
Syarat-syarat taubat
1)
Harus menghentikan maksiat.
2)
Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.
3)
Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi
perbuatan itu kembali.
4)
Apabila dosa itu ada hubungannya dengan hak manusia
maka taubatnya, yakni menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan
minta maaf atas kesalahannya atau mengembalikan apa yang harus dikembalikannya.
Menurut Imâm Nawâwî, sebagaimana yang ia
sebutkan dalam kitab al-Adzkâr, ada beberapa syarat yang harus seseorang
penuhi agar taubatnya diterima Allah SWT, diantaranya:
1)
Harus ada rasa penyesalan (Nadâmah) dalam hati atas perbuatan
dosa yang telah dilakukannya.
2)
Berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi lagi
perbuatan dosa dan maksiat.
3)
Memperbanyak istighfar sebagai bentuk permohonan maaf
kepada Allah SWT. Nabi SAW, setiap harinya beristighfar tidak kurang dari 100
kali. Padahal ia sudah terma’sum dari segala dosa dan ampunan dari Allah
SWT.
4)
Berusaha menghindari atau meninggalkan lingkungan yang
memicu dan memacu berbuat maksiat dan dosa. Sebab sebagaimana pun juga
lingkungan pergaulan sangat kuat pengaruhnya.
5) Jika perbuatan dosa yang kita lakukan berkaitan dengan hak orang lain, aka kita wajib memohon kehalalan atau mengembaikan kepada orang yang bersangkutan. Sebab Allah SWT tidak menerima taubat seseorang yang berbuat dzalim kepada saudaranya, hingga ia minta maaf kepadanya.
Tujuan
bertaubat
Ada beberapa tujuan taubat,
diantaranya:
1)
Penghapusan Dosa dan Mendapat Surga Allah SWT. Tujuan
yang paling penting adalah untuk mendapat ampunan dari Allah SWT dan mendapat
anugerah yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang yang benar-benar
bertaubat kepadanya yaitu mendapat surga Allah SWT.
2)
Menggantikan Keburukan Dengan Kebaikan
3)
Mengalahkan Musuh Yang Abadi Untuk mengalahkan musuh
yang abadi bagi manusia, yaitu setan. Ia telah disumpah di hadapan Allah SWT.
Kata setan “Aku benar-benar akan menyesatkan Bani Adam as dan memperdayai
mereka”.
4) Mengalahkan bisikan nafsu yang menyuruh kepada keburukan untuk mendapat kemenangan bagi orang yang bertaubat adalah mengalahkan hawa nafsu yang bersemayam di hati nurani dirinya dan yang selalu mendorongnya.
Manfaat taubat
Bertaubat dapat mendatangkan
manfaat baik di dunia dan akhirat, baik berupa rohani dan materi, akhlak dan
amal, individual dan sosial, diantaranya;
1)
Penghapusan keburukan dan masuk surga.
2)
Memperbarui iman.
3)
Taubat dapat menghapuskan segala dosa
4)
Taubat dapat mengganti keburukan menjadi kebaikan.
5)
Taubat dapat mensucikan hati.
6)
Taubat dapat menjadikan hidup menjadi tenang dan damai.
7)
Taubat dapat mendatangkan banyak rezeki dan kekuatan
berkenan dengan taubat dapat mendatangkan banyak rezeki dan kekuatan.
8) Taubat menjadi sebab keberuntungan dunia dan akhirat.
Contoh penerapan di dalam Alqur’an
Allah SWT mengampuni dosa manusia bagi orang yang bertaubat.
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah
taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang
kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah
taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. An- Nisâ’: 17).
Menurut Quraish Shihab bahwa
sesungguhnya taubat disisi Allah SWT yakni penerimaan taubat yang diwajibkan
Allah SWT atas dirinya sebagai salah satu bukti rahmat dan anugerah-Nya kepada
manusia. Mereka yang melakukan dosa, baik dosa kecil ataupun dosa besar. Lalu
mereka taubat sebelum berpisahnya ruh dari jasad, maka Allah SWT akan menerima
taubatnya. Allah SWT akan menerima taubat manusia yang benar-benar tulus
mengerjakan taubatnya.
2)
Sekelompok orang musyrik yang ingin insaf atas dosa
yang pernah dilakukannya
Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh maka kejahatan mereka akan diganti Allah SWT dengan kebajikan. Dan adalah Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Furqân: 70).
Dalam tafsir al-Mishbah, bertaubat
di sini diartikan ialah menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak
mengulanginya, memohon ampun kepada Allah SWT, serta mengamalkan amal saleh
yang sempurna. Dengan kesemua hal itu mereka diampuni oleh Allah SWT, sehingga
terbebas dari ancaman dan diganti dosa-dosanya dengan kebajikan. Ada ulama yang
berpendapat bahwa taubat pertama yang diterima oleh Allah SWT akan menghapus
dosa. Namun, orang yang bersalah takut Allah SWT belum menerima taubatnya. Lalu
dia taubat kedua kalinya, maka taubat itu dicatat sebagai amal shaleh.
Kisah Inspiratif dari amalan beristigfar
Hebatnya Istigfar Mampu mewujudkan mimpimu!
Berkisah tentang seorang penjual roti yang dikabulkan doanya setelah hampir 30 tahun lamanya.
Ia memiliki kebiasaan sering melafazkan istighfar di sela-sela kegiatannya. Sebagaimana diketahui, istighfar adalah kegiatan dzikir untuk memohon ampunan kepada Allah.
Ibadah yang satu ini merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berdzikir mengingat-Nya siang dan malam baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.Ada banyak hikmah dan keutamaan mengapa seorang muslim diperintahkan untuk banyak beristighfar.
Selain membuat seorang hamba akan lebih sering bahkan selalu mengingat Rabb-Nya, istighfar juga bisa melindungi seseorang dari perbuatan buruk dan maksiat karena ia selalu ingat dengan Tuhannya.
Istighfar tidak hanya akan mendatangkan ampunan namun juga kemudahan atas azzam dan doa seseorang dari arah dan cara yang tak terduga.
Bahkan jika seseorang merasa sangat sibuk dan doanya sangat banyak untuk dipanjatkan, seseorang dianjurkan untuk tidak sampai melupakan istighfar. Karena ampunan-Nya bisa melapangkan jalan yang tiada berbatas antara seorang hamba dan Tuhannya. Kedekatan terbangun dengan limpahan rahmat tiada tara.
Bahkan, karena ampunan Tuhan (istighfar) itu pula seseorang bisa dikaruniai keturunan; Allah menurunkan hujan yang lebat dari langit; menghidupkan lahan pertanian yang kering kerontang dan melimpahkan banyak harta dan anak (QS. Nuh: 10-12).Bagitu banyak kisah tentang bagaimana keajaiban istighfar bagi seorang Muslim. Keajaiban istighfar juga pernah dialami secara langsung dalam penggalan hidup Imam Ahmad ibn Hanbal sebagaimana dikutip dari laman suaramuhammadiyah.
Alkisah, suatu hari di masa tuanya, sang Imam ingin jalan-jalan ke luar kota. Beliau sendiri tidak tahu mengapa beliau ingin sekali pergi ke kota Bashrah. Beliau tidak ada janji dan keperluan yang cukup mendesak.
Beliau sampai di kota itu ketika waktu Isya’ tiba. Beliau pun ikut shalat berjamaah di sebuah masjid. Selesai shalat, ia beristirahat dan ingin merebahkan badan.
Belum sampai tertidur di sana, seorang pekerja masjid mengusirnya. “Wahai orang tua (syekh), mengapa kamu tidur di sini?” Rupanya si marbot tidak tahu jika orang yang ada di hadapannya adalah seorang ulama besar yang disegani. Menariknya, sang Imam sendiri tidak memperkenalkan dirinya. Padahal, hampir semua kalangan di dataran Irak tahu, setidaknya pernah mendengar nama, Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama ahli hadis dan zahid.
Imam Ahmad menjawab, “Ijinkan saya istirahat di sini. Saya ini seorang musafir.”Si marbot itu menjawab tegas, “Tidak boleh. Orang tua tidak boleh tidur di masjid.”
Bukan hanya diusir dengan kata-kata, sang Imam juga didorong-dorong oleh si marbot agar keluar dari masjid. Setelah itu, si marbot pun menutup mengunci pintu masjid.
Sang Imam pun lalu ingin tidur di teras masjid. Saat mengetahui si orang tua itu tidur di teras, si marbot pun mengusirnya kembali. Dengan terpaksa sang imam pun keluar dari masjid tanpa tahu harus menginap di mana.
Secara kebetulan di samping masjid ada seorang penjual roti. Rumahnya kecil. Di rumah itu pula si pembuat roti itu membuat dan menjual rotinya. Penjual roti itu sedang membuat adonan.Melihat dan mendengar ada orang tua yang diusir dari masjid, si penjual roti itu pun memanggil sang imam, “Wahai orang tua, Anda boleh menginap di tempat saya. saya punya tempat, meskipun kecil.”
Mendapat tawaran itu, sang imam langsung mengiyakan. Setelah masuk dan duduk, beliau memandangi dan bertanya banyak hal pada si penjual roti itu. Beliau tidak memperkenalkan diri dan hanya mengatakan dirinya musafir.
Ada yang menarik dari penjual roti ini. Ia memiliki perilaku khas. Saat Imam Ahmad mengajak bicara, ia menjawabnya. Namun, jika tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar dengan pelan –meski tetap terdengar.
Saat memberi garam, memecah telur, mencampur gandum dan saat bekerja itu pula ia senantiasa mengucapkan istighfar.
Melihat perilaku itu Imam Ahmad lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini? Dan apa yang engkau dapatkan dari kebiasaan membaca istighfar ini?” Si penjual roti itu menjawab, “Sudah lama sekali, ya syaikh. Saya menjual roti sudah 30 tahun. Jadi semenjak itu saya lakukan. Saya merasakan betapa tidak ada keinginan yang saya minta kepada Allah, kecuali selalu dikabulkan oleh Allah. Hanya satu yang belum dikabulkan oleh Allah.” “Apa itu?” Imam Ahmad bertanya spontan.
“Sejak beberapa tahun yang lalu, saya ingin bertemu dengan seorang ulama di Baghdad. Saya ingin dipertemukan dengan Imam Ahmad ibn Hanbal. Sayangnya, Baghdad terlalu jauh bagi saya untuk menjangkaunya.” Tukang roti itu menjawab tanpa tahu bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Imam Ahmad ibn Hanbal dimaksud.
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar. Allah telah mendatangkan saya jauh-jauh dari Baghdad ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid ke jalanan, ternyata karena istighfarmu.”
Betapa terperanjat si penjual roti itu. Ia memuji Allah sambil bersujud syukur. Lalu ia pun langsung memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad. Inilah kisah keajaiban istighfar sebagaimana yang diceritakan dalam Kitab Manakib Imam Ahmad.***
Akhlaqul Karim Bab Istigfar
ISTIGFAR
- Makna Istigfar
Secara
etimologi istighfar berasal dari bahasa Arab ghafara-yaghfiru-ghufrân
yang berarti mâlibâsu yaṣûnahu ‘ani al-danasi (pakaian yang bersih dari
kotoran). Kata yang semakna dengan ghufrân adalah maghfiroh, yang
artinya penutupan atau pengampunan yang diberikan Allah SWT terhadap kejahatan
yang dilakukan oleh manusia.
Sedangkan secara terminologi
istighfar adalah kata yang ditambahkan (huruf Jiyadah) tiga huruf alif, sin, dan ta
akan menjadi istaghfara-yastaghfIrû-istighfârân maknanya ṭalabu
al-maghfiroh (meminta ampun). Ampunan bukan hanya untuk menghapuskan dosa
akan tetapi sebagai pemeliharaan dari kejahatan dan dosa. Menurut al-Râghib
al-Aṣfahânî kata istighfar adalah meminta ampunan dengan ucapan dan perbuatan,
karena apabila istighfar hanya sekedar ucapan saja tanpa diiringi perbuatan
yang baik maka hal tersebut termasuk pekerjaan pendusta.
Dengan demikian istighfar ialah
suatu perkara istimewa yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya,
supaya manusia termotivasi ke jalan yang benar dan kembali kepada-Nya.
Istighfar juga dapat mendatangkan kebaikan dan mencegah kejahatan di dunia
maupun di akhirat bagi manusia.
- Syarat-Syarat Istigfar
Menurut Yusuf Al-Qardhawi,
Istighfar yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat khusus, antara
lain:
1.
Niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada
Allah SWT (QS. Al-Bayinah : 5)
2.
Hati dan lidah secara bersamaan melakukan istighfar.
Mengucapkan
istigfar tidak hanya lidahnya yang berkata sementara hatinya ingin terus
melakukan maksiat. Menurut Ibnu Abbas
r.a berkata, “orang yang beristighfar kepada Allah SWT dari suatu dosa
sementara ia masih terus menjalankan dosa itu maka ia seperti orang yang sedang
mengejek Rabbnya!”. Seorang sufi besar Rabi’ah al-‘Adawiyah r.a berkata,
“istighfar kita butuh kepada istighfar lagi! Jika istighfar kita hanya dengan
lidah saja, tidak disertai dengan hati”. Maksudnya istighfar yang dilakukan
dengan kelalaian hati, butuh kepada istighfar lagi dari kelalaian itu sendiri.
- Tujuan Istighfar
Manusia
beristighfar pasti memiliki tujuan, diantaranya:
a.
Istighfar merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
b.
Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa.
c.
Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar.
d.
Penyebab mendapatkan kesenganan yang baik.
e.
Terhindar dari azab Allah SWT. Allah SWT tidak akan
mengazab orang yang selalu beristighfar.
f.
Istighfar merupakan kebutuhan seorang hamba. Ia
dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah SWT karena mereka selalu berbuat kesalahan
sepanjang malam dan siang hari.
g.
Penyebab turunnya rahmat Allah SWT.
h.
Istighfar merupakan kaffarat (Penghapus dosa)
yang dilakukan dalam suatu majlis.
i. Mengikuti Sunnah Nabi SAW.
Ibnu al-Qayyim
mengatakan bahwa memohon ampun memiliki pengaruh besar dalam menghilangkan
penderitaan, ketakutan, kesedihan, kesulitan, dan penyakit hati. Orang yang
biasa melakukan dosa pada gilirannya akan merasakan kebosanan, dan pada saat
itulah ada keinginan untuk melakukan dosa-dosa yang lain. Cara menghilangkannya
adalah Kalimat istighfar diucapkan dengan penuh keikhlasan untuk memohon
ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk membaca istighfar setiap saat, agar selalu didekatkan kepada Allah SWT. Apabila mengucapkan istighfar dengan hati yang ikhlas, walaupun hanya satu kali. Maka Allah SWT akan mengampuni pembacanya. Allah SWT selalu mengampuni dosa-dosa hambanya betapapun besar dan banyaknya selama hambanya mau meminta ampunan kepadanya.
- Manfaat Istighfar
Ada beberapa manfaat
seorang muslim mengucapkan Istigfar antara lain:
a.
Mendapat pengampunan dari Allah SWT dan rizki yang
tidak terduga.
b.
Menenangkan diri ketika marah.
c.
Mendapatkan jalan keluar dari kesusahan dan
kesempitan.
d.
Istighfar tempat berlindung kaum mukminin saat muncul
tanda-tanda ancaman Allah SWT yang diciptakan-Nya untuk menakut-nakuti
hamba-hamba-Nya, seperti gerhana.
e.
Istighfar merupakan obat kekeringan, kemandulan, dan
kemiskinan.
f.
Istighfar sifat kaum mukmin yang mendapat sanjungan
Allah SWT
- Contoh penerapan istighfar di dalam Alqur’an
a)
Nabi Shaleh as menyuruh golongan yang menolak
ajakannya untuk Istighfar (memohon ampun) Kepada Allah SWT.
“Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat". (QS. An-Naml: 46)
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah
ia menjelaskan tentang kaum Nabi Shaleh as. Ia menyuruh kaumnya untuk menyembah
Allah SWT. Ada yang mengikuti ajakannya dan ada pula yang menolak ajakannya,
ini menjadikan kaumnya menjadi dua golongan. Nabi Shaleh mengajak dan menyuruh
mereka (golongan yang menolak) memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa selama
mereka perbuat. Supaya mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
Sedangkan Abu Ja’far mengatakan dalam pandangannya: hendaklah mereka (kaum yang menolak ajakan Nabi Shaleh as) meminta ampun kepada Allah SWT. Maksudnya adalah mengapa kamu tidak bertaubat kepada Allah SWT atas kekafiran kalian dan tidak mendapat hukuman atas kesalahan besar yang telah dilakukan. Tuhanmu akan memberikan rahmat-Nya kepada kalian dengan permohonan ampunan kalian kepada-Nya atas kekafian kalian.
b)
Memohon Ampun Dari Perbuatan Dosa Dan Bertaubat.
Allah SWT berfirman dalam salah
satu ayat nya yang berbunyi
“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”. (QS. Nûh: 10)
Menurut tafsir Al-Thabari, dijelaskan bahwa Nabi Nuh
as menyuruh mereka untuk memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosamu dan
bertaubatlah kepada-Nya atas kekufuran dari syirik dan bersikap ikhlas dalam
menyembah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun bagi orang yang
kembali kepada-Nya dan bertaubat dari dosa-dosanya. Sedangkan dalam kitab
Tafsir Qurthubi menekankan tentang memohon ampun dari dosa-dosamu yang
terdahulu dengan mengikhlaskan keimanan. Dan Allah SWT mendorong mereka agar
bertaubat.
Kamis, 23 Maret 2023
DAUROH AKSELERASI TAHFIDZ QSBS 2023
Rabu, 22 Maret 2023
Akhlaqul Karim Bab Ikhlas
Ikhlas itu apa sih..?
Ikhlas bisa dikaitkan dengan beberapa penjelasan
sbb:
- · Manusia diperintahkan untuk beribadah
kepada Allah, maka tunduk patuh secara mutlak atas perintahnya bisa disebut
ikhlas atas ketentuan-Nya (Albayyinah :5)
- · Manusia terdiri atas jasad (lahir) dan
batin (hati). Ibadah jasadi adalah menjalankan peribadahan sebaik-baiknya.
Ibadah indera adalah menggunakan mata, telinga, hidung, lidah dan perasa untuk
menala (sensing) kehadiran Allah melalui alam semesta yg hadir di depannya.
Indera bukan digunakan untuk tujuan kemaksiatan pada-Nya. Ibadah hati di sisi
lain berupa ikhlas, menjauhi iri, dengki, sombong, dll.
- ·
Ketika jasad manusia sedang melakukan
peribadahan kepada-Nya, maka hati menggenapinya dengan kesungguhan kesadaran
bahwa Allah lah tujuan penyembahan, bukan yang lain. Itulah ikhlas.
- · Ulama menjelaskan bahwa hati yang ragu
(syak) dan syirik bisa merusak peribadahan
تصفية القلب من الشرك والشك
Dan ikhlas adalah perbuatan hati yang dilakukan terus menerus untuk menghilangkannya.
- · Islam mencela perbuatan syirik, meskipun
bisa jadi amal nyata yang dilaksanakan adalah kebaikan.
- · Syirik ada dua. Syirik besar adalah
menuhankan dewa-dewi, iblis, jin, syetan atau benda2. Syirik kecil itu riya.
- · Nabi saw sangat mewanti2 riya, dalam hadits nya
أخوف ما أخاف على أمتي الشرك والشهوة الخفية.
قلت: يا رسول الله أتشرك أمتك من بعدك؟ قال: نعم أما إنهم لا يعبدون شمساً ولا قمراً
ولا حجراً ولا وثناً ولكن يراؤون بأعمالهم. والشهوة الخفية أن يصبح أحدهم صائماً فتعرض
له شهوة من شهواته فيترك صومه.
Manifestasi dari syirik kecil adalah riya. Motor penggeraknya ialah hawa nafsu dan egosentrisme. Ilah-nya bukan lagi Tuhan Yang Maha Segalanya, namun beralih pada hal-hal yang dikehendaki nafsu dan egonya (uang, orang, barang, jabatan, kekuasaan, harta, tahta, wanita, ilmu, pasangan, orang tua, kerabat, tempat tinggal, perniagaan dst).
- · Hakikat agama itu ada di dalam keikhlasan. Tanpa ikhlas, hancurlah keberagamaan. Seringkali ulama menyatakan keikhlasan itu setengah agama. Mungkin malah keseluruhannya.
- · Keikhlasan ini berkaitan juga dengan soal niat. Bahasa psikologisnya adalah motif, atau motivasi. Teorinya, semakin seseorang menjauh dari Allah swt, maka semakin kualitas niatnya (motif) turun ke level yang bahkan lebih buruk lagi. Berlaku hukum sebaliknya. تعِسَ عبدُ الدِّينار، وعَبْدُ الدِّرهم
- · Sementara nilai amal perbuatan seseorang di mata Tuhan, itu tergantung kualitas motifnya. Ingat hadis tentang niat. وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُوراً
- · Maka meskipun tampak amal perbuatan seseorang baik, belum tentu dapat diterima oleh Allah swt.
Ikhlas itu mudah tapi sulit. Sulit namun sekaligus mudah. Boleh jadi kebiasaan kita dalam keseharian pun membawa seraya keikhlasan. Hanya dasarnya mungkin kebetulan. Bukan kesadaran. Tentu hal itu baik saja, apalagi bila dapat mengurai kecemburuan Tuhan yang tak pernah ingin disekutukan. Mencipta kesadaran diri yang peduli terhadap keikhlasan (dalam segala hal) akan lebih sempurna lagi. Sebab bagaimanapun, keikhlasan ini mengandaikan suatu proses untuk melupakan penilaian makhluk. Mutlak. Satu-satunya orientasi yang ditujunya adalah ridha Tuhan. Tak peduli dengan semua celoteh pujian dan hinaan manusia pada kondisi apapun, kualitas ibadahnya selalu sama, tak pernah berkurang bahkan selalu berlebih.
Seorang pelaku suluk ikhlas akan senantiasa menyibukkan diri dengan potensi kesalahan yang dilakukannya. Berkontemplasi. Menilai diri jauh dari kata mencari-cari kesalahan orang lain. Adakah hari ini perbuatanku ada di dalam ridha-Nya? Tujuanku? Niatku? Caraku? Sikapku? Pikiranku? Apakah semuanya bisa menuai rahmatnya Allah swt? Tentu hal ini akan sangat kontras dengan orang-orang yang hanya mementingkan keinginan hawa nafsu dan egosentrimenya. Maka yang diperhitungkan hanya soal seberapa banyak ia akan mendapatkan decak kagum dan ketertarikan orang-orang terhadap dirinya, lantaran kesalehannya dst. Yang terpenting adalah bagaimana citra dirinya di hadapan orang-orang. Pencitraan demi popularitas.
الإخلاص نسيان رؤية الخَلق بدوام النظر إلى الخالق
Contoh :
- · Ikhlas menuntut ilmu untuk tujuan mulia;
mengkhidmahkan diri kepada Allah swt, membahagian orang tua, merintis generasi
peduli umat, bangsa dan negara, melanjutkan perjuangan kenabian dst.
- · Ikhlas beribadah; mengamalkan apa yang
diketahui, menjemput ridha Tuhan, mensucikan kalbu untuk meraih cahaya ilmu-Nya
dst.
- · Ikhlas memipin dan dipimpin; bekerja sesuai tupoksi dan aturan berlaku, mensejahterakan pondok, menghidupkan sunnah-sunnah yang baik, mematuhi pimpinan pondok dst.
- · Ikhlas dalam berjuang, berdikari, meluaskan cakrawala pengetahuan, meraih cita dan mimpi dengan kedisiplinan. Dst.
- · Ikhlas mengajar. Ikhlas membangun negeri.
- · Dst.
Apa ciri
keikhlasan?
Apa manfaat keikhlasan?
- · Menyelamatkan diri dari tipu daya Setan.
- · Berpotensi mencegah diri dari laku perbuatan yang dimurkai Tuhan
- · Menjadi sebab turunnya rahmat dan ridha Allah swt.
- · Salah faktor diturunkannya pertolongan Allah swt
- · Dst.
إنما ينصر الله هذه الأمة بضعيفها بدعوتهم، وصلاتهم، وإخلاصهم
Sesungguhnya Allah menolong ummat ini karna kelemahan mereka, karna doa mereka karna shalat mereka dan karna keikhlasan mereka.
Contoh2 dari sejarah :
- · Sy. Abu Bakar Siddiq ra, menerima dan membenarkan risalah Nabi saw, dengan ikhlas, bahkan di saat beliau saw, wafat.
- · Ikhlasnya Sy. Umar bin Khattab ra, ketika memiliki kuasa memimpin. Ia tak memanfaatkannya demi kesenangan pribadi malah digunakannya untuk mensejahterakan umat.
يا ليتني كنت شجرة تعضد! يا ليت أمي لم تلدني
- · Sy. Sa’ad bin Abi Waqqash berjuang membela kehormatan rasulullah sawt, pada perang Uhud sampai titik darah penghabisan.
تعال نبايع الله هذا اليوم”
نَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ
وَالْأِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ
- · Dst.
Apa janji
Allah?
Ridha Allah swt. di dunia sebelum di Akhirat.