YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Jumat, 03 Maret 2023

Kisah dua orang yang bertawakkal

 

    Sahabat Al-Kautsar 561 sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya dalam menjalani kehidupan kita didunia sebagai seorang muslim, kita diarahkan untuk selalu berikhtiar dan bertawakal kepada Allah S.W.T pada setiap keadaan dan hasil keadaan. Banyak sekali kisah inspiratif mengenai kebahagiaan orang orang yang bertawakal kepada Allah pada setiap urusannya, mereka berikhtiar dengan maksimal serta menaruh harapan hasilnya hanya kepada Allah S.W.T saja diantara kisah tersebut ialah kisah yang diceritakan oleh baginda Nabi Muhammad S.A.W  tentang cerita dua orang yang bertawakal. Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam Shahihnya, di antaranya adalah bab tentang  Al-Kafalah, Al-Luqathah, dan bab-bab yang lain, di mana beliau menyebutkannya secara berulang-ulang. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Al-Laits berkata, Ja’far bin Rabi’ah mengabarkanku, dari Abdurrahman bin Hurmuz, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah bersabda,

أَنَّهُ ذَكَرَ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، سَأَلَ بَعْضَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يُسْلِفَهُ أَلْفَ دِينَارٍ، فَقَالَ: ائْتِنِي بِالشُّهَدَاءِ أُشْهِدُهُمْ، فَقَالَ: كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا، قَالَ: فَأْتِنِي بِالكَفِيلِ، قَالَ: كَفَى بِاللَّهِ كَفِيلًا، قَالَ: صَدَقْتَ، فَدَفَعَهَا إِلَيْهِ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى، فَخَرَجَ فِي البَحْرِ فَقَضَى حَاجَتَهُ، ثُمَّ التَمَسَ مَرْكَبًا يَرْكَبُهَا يَقْدَمُ عَلَيْهِ لِلْأَجَلِ الَّذِي أَجَّلَهُ، فَلَمْ يَجِدْ مَرْكَبًا، فَأَخَذَ خَشَبَةً فَنَقَرَهَا، فَأَدْخَلَ فِيهَا أَلْفَ دِينَارٍ وَصَحِيفَةً مِنْهُ إِلَى صَاحِبِهِ، ثُمَّ زَجَّجَ مَوْضِعَهَا، ثُمَّ أَتَى بِهَا إِلَى البَحْرِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ تَسَلَّفْتُ فُلاَنًا أَلْفَ دِينَارٍ، فَسَأَلَنِي كَفِيلاَ، فَقُلْتُ: كَفَى بِاللَّهِ كَفِيلًا، فَرَضِيَ بِكَ، وَسَأَلَنِي شَهِيدًا، فَقُلْتُ: كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا، فَرَضِيَ بِكَ، وَأَنِّي جَهَدْتُ أَنْ أَجِدَ مَرْكَبًا أَبْعَثُ إِلَيْهِ الَّذِي لَهُ فَلَمْ أَقْدِرْ، وَإِنِّي أَسْتَوْدِعُكَهَا، فَرَمَى بِهَا فِي البَحْرِ حَتَّى وَلَجَتْ فِيهِ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَهُوَ فِي ذَلِكَ يَلْتَمِسُ مَرْكَبًا يَخْرُجُ إِلَى بَلَدِهِ، فَخَرَجَ الرَّجُلُ الَّذِي كَانَ أَسْلَفَهُ، يَنْظُرُ لَعَلَّ مَرْكَبًا قَدْ جَاءَ بِمَالِهِ، فَإِذَا بِالخَشَبَةِ الَّتِي فِيهَا المَالُ، فَأَخَذَهَا لِأَهْلِهِ حَطَبًا، فَلَمَّا نَشَرَهَا وَجَدَ المَالَ وَالصَّحِيفَةَ، ثُمَّ قَدِمَ الَّذِي كَانَ أَسْلَفَهُ، فَأَتَى بِالأَلْفِ دِينَارٍ، فَقَالَ: وَاللَّهِ مَا زِلْتُ جَاهِدًا فِي طَلَبِ مَرْكَبٍ لِآتِيَكَ بِمَالِكَ، فَمَا وَجَدْتُ مَرْكَبًا قَبْلَ الَّذِي أَتَيْتُ فِيهِ، قَالَ: هَلْ كُنْتَ بَعَثْتَ إِلَيَّ بِشَيْءٍ؟ قَالَ: أُخْبِرُكَ أَنِّي لَمْ أَجِدْ مَرْكَبًا قَبْلَ الَّذِي جِئْتُ فِيهِ، قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَدَّى عَنْكَ الَّذِي بَعَثْتَ فِي الخَشَبَةِ، فَانْصَرِفْ بِالأَلْفِ الدِّينَارِ رَاشِدًا

    “Sungguh pada suatu hari beliau ﷺ mengisahkan seorang lelaki dari Bani Israil yang meminta kepada sebagian dari mereka agar mengutanginya uang sejumlah seribu dinar (4250 gram/4,25 Kg emas). Pemilik uang itu berkata kepadanya, ‘Datangkanlah para saksi agar aku dapat mempersaksikan piutang ini kepada mereka!’. Dia menjawab, ‘Cukuplah  Allah sebagai saksi.’ Pemilik uang kembali berkata, ‘Jika demikian, datangkanlah penjamin piutangmu?’ Dia kembali menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai penjamin.’ Mendengar jawaban itu, pemilik uangpun menimpalinya dengan berkata, ‘Engkau telah benar’. Setelah itu, dia pun memberikan piutang seribu dinar hingga tempo waktu yang disepakati. Setelah itu, lelaki itu pergi hendak melakukan perjalanan di laut hingga dia dapat menuntaskan keperluannya. Kemudian dia mencari kapal yang dapat mengantarkannya agar dapat menunaikan utangnya tepat waktu pada tempo yang telah disepakati, tetapi ia tidak mendapatkan sama sekali satu kapalpun. Maka, dia pun mengambil sebatang kayu, dan melubanginya, lalu dia pun memasukkan uang 1000 dinar beserta secarik surat ke dalam kayu itu, kemudian dia meratakan bagian kayu yang telah dia lubangi hingga rapat, kemudian pergi membawanya menuju ke laut. Sesampainya di pantai dia pun berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah berutang kepada si fulan uang sejumlah seribu dinar. Tatkala ia meminta agar aku mendatangkan seorang penjamin, maka aku menjawabnya, Cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rida Engkau sebagai penjamin. Tatkala dia meminta agar aku mendatangkan saksi, aku menjawabnya, Cukuplah Allah sebagai saksi, dan dia pun rida Engkau sebagai saksi. Sesungguhnya aku telah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kapal guna menitipkan haknya, akan tetapi aku tidak mendapatkannya. Sesungguhnya, sekarang ini aku titipkan uang ini kepada-Mu.’ Lelaki tersebut melemparkan kayu tersebut ke laut, hingga tenggelam. Kemudian dia pergi dan tanpa menanti lebih lama, dia bergegas tidak kunjung hentinya mencari kapal yang berlayar agar dapat pulang ke negerinya. Pada suatu hari orang pemberi piutang keluar rumah melihat ke arah pantai, siapa tahu ia mendapatkan kapal yang membawa (dititipi) uang yang telah ia utangkan. Tiba-tiba ia menemukan sebatang kayu yang di dalamnya tersimpan uangnya. Dia pun segera memungut kayu tersebut untuk dijadikan kayu bakar. Setibanya di rumah, dia segera membelah kayu itu. Betapa terkejutnya, dia mendapatkan uangnya beserta secarik surat. Tak selang berapa lama, lelaki (pengutang) tiba dari kepergiannya, dan dia segera mendatangi orang yang telah meminjamkan uang kepadanya dengan membawa uang seribu dinar yang lain. Dengan penuh rasa sungkan, dia berkata kepadanya, ‘Aku telah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kapal, untuk memenuhi janjiku dan menyerahkan uangmu, akan tetapi aku tidak mendapatkan satu kapal pun selain kapal yang aku tumpangi ini.’ Sahabatnya pun segera berkata, ‘Apakah engkau telah mengirimkan sesuatu kepadaku?’. (Karena merasa kawatir uangnya tidak sampai kepadanya), maka dia menjawab, ‘Aku katakan bahwa aku tidak mendapatkan kapal selain kapal yang baru saja saya tumpangi ini.’ Sahabatnya pun berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya Allah telah menyampaikan uang yang telah engkau sisipkan ke dalam sebatang kayu, maka silahkan anda bawa kembali uang seribu dinar yang engkau bawa ini’.”


Dari kisah ini memberikan gambaran dimana sesungguhnya siapa saja yang menaruh harapan kepada Allah niscaya apapun yang terjadi ia akan bersyukur mendapatinya dan yang pasti Allah memberikan hasil yang terbaik. Wallahu'A'lam


Semoga bermanfaat .

 


0 comments:

Posting Komentar