Sabar (Al-Shabr)
mengandung pengertian, yaitu menahan (al-habsu), yaitu menahan diri dari rasa
gelisah, cemas dan amarah, menahan lidah dari keluh kesah dan menahan anggota
tubuh dari kekacuan. Pengertian ini dapat digunakan dalam pengertian yang
bersifat fisik-material seperti menahan penderitaan badan dan tahan terhadap
pukulan adapun syukur (Al-Syukru) mengandung pengertian menerima tentang suatu
hal atau salah satu tahapan yang lebih tinggi dibandinkan sabar.
Kenapa kita bersyukur dan
sabar dalam kehidupan?
Syukur dan sabar
merupakan dua kalimat yang selalu ada dalam kehidupan manusia dan pelengkap
kehidupan yang multifungsi sebagai wujud manusia taat kepada Allah SWT. Syukur
dan sabar merupakan nikmat besar yang tidak dapat dikalkulasikan dengan hitungan
yang terbatas, atas perintah-nya manusia akan patuh, takwa dan shaleh.
Bentuk contoh sabar tampak
hadir dalam kehidupan manusia bila ia tertimpa musibah dan syukur ketika ia
mendapatkan nikmah. Keduanya silih berganti diberikan Allah kepada manusia
untuk dijadikan alat ukur keimanan kepada-Nya, apakah mereka bersabar kalau
mendapat musibah, atau sebaliknya bersyukur kalau mendapat nikmat. Manusia
tidak bisa lepas dari dua hal itu.
Sedangkan dalam menerima nikmat mesti harus bersyukur. Arti bersyukur
adalah puas dan senang atas nikmat yang diberikan Allah Swt, dan hakikat syukur
adalah menampakkan nikmat yang diberikan-Nya dan mempergunakannya sesuai dengan
yang dikehendaki pemberi nikmat (Allah Swt). Dengan demikian syukur mencakup
tiga hal pula; pertama, syukur dengan hati, artinya kepuasan hati atas
anugerah-Nya. Kedua, syukur dengan lidah, artinya dengan ucapan
alhamdulillah mengakui dan memuji pemberian-Nya. Ketiga, syukur dengan perbuatan,
artinya dengan berbuat nyata memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan
tujuan pemberi anugerah. Dalam Al-Quran
kata “syukur” dalam berbagai bentuknya
ditemukan sebanyak 44 kali.
Bentuk relasi antara sikap sabar dan syukur adalah hubungan yang
saling melengkapi. Ketika tidak memperoleh nikmat atau sesuatu yang di
inginkan, maka sikap yang tepat adalah sabar. Sedangkan ketika memperoleh
nikmat dan sesuatu yang diinginkan, maka sikap yang tepat adalah bersyukur.
Relasi ini diperjelas oleh sabda Nabi Muhammad saw yang berbunyi:
Betapa pentingnya sikap sabar dan syukur dalam kehidupan
sehari-hari tergambar dari sikap nabi Muhammad Saw yang selalu berdoa untuk dua
hal itu, yaitu, “Allahumma ij’alni shabura waj’alni syakura” artinya,
“Ya Allah jadikan aku hamba yang selalu bersabar dan jadikanlah aku hamba yang
selalu bersyukur”. Hal itu berarti sabar dan syukur mesti menjadi pakaian orang
beriman dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap sabar menerima musibah menjadi contoh besar dan terus
mengucapkan dengan lidah “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un” artinya
“Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada Allah”. Hal itu
menunjukkan perlunya sikap seorang hamba menyadari bahwa segala sesuatu yang
ada di alam ini hanyalah milik Allah, sedangkan manusia hanyalah peminjam
semata.
Sikap bersyukur menerima nikmat sambil mengucapkan “Alhamdulillaahi
rabbil alamiin” artinya segala puji bagi Allah yang mengatur sekalian alam
adalah sikap seorang mukmin apabila mendapat nikmat sebagai tanda syukur dengan
lidah dengan mengakui dan memuji pemberian-Nya dan memanfaatkan anugerah yang
diperolehnya sesuai dengan tujuan pemberi anugerah.
Contoh aspek sabar yang dialami para Nabi :
1.
Kesabaran
Nabi Ismail dalam menerima Perintah Allah SWT (QS. Ibrahim: 37)
2. Kesabaran Nabi Idris As dalam berdakwah
Contoh aspek Syukur :
1. Sifat syukur yang Allah SWT berikan kepada Para Nabi dan Orang Beriman. (QS. Al-A’raf: 69)
0 comments:
Posting Komentar