YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Senin, 02 September 2024

Mulianya Seorang Hamba Karna..?


    Kehidupan manusia di alam dunia merupakan anugrah yang diberikan sang ilahi kepada makhluknya dengan tujuan beribadah kepadanya. Tujuan yang setiap hamba wajib mengemban amanah tersebut, dan salah satu bagian dari kewajiban beribadah kepada allah adalah memiliki akhlak baik kepada diri sendiri juga kepada sesama untuk mendapatkan kemuliaan di dunia ataupun di akhirat. 


Beribadah kepada Allah tidak terpaku hanya pada lingkaran ubudiyyah mahdhoh seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah lainya yang bersifat ruhiyah, tetapi terdapat ibadah goiro mahdoh yaiatu ibadah yang dikerjakan dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan antar sesama manusia dengan niat lillahi ta'ala.

Ibadah Goiro Mahdoh tidak akan pernah bisa terealisasikan jika hubungan sesama manusia tidak terjalin dengan baik. Maka hubungan sosial dengan akhlak yag baik merupakan bagian dari ibadah gori mahdoh yang amat penting dalam menunjang ibadah-ibadah lainya dan jika dilakukan dengan sempurna akan membukakan jalan untuk mendapati keridhoannya sang illahi.
Hubungan sosial ini terhiasi dengan Akhlak karimah yang akan memunculkan kemuliaan-kemuliaan bagi pelakunya dan kemuliaan seseorang dapat diperoleh melalui ilmu sekaligus pengamalan atas keilmuanya tersebut sebagaimana firman Allah :
 
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
(QS. Al-Mujadalah : 11)

Sebagai makhluk sosial yang senantiasa bercengkrama dengan sesama, maka penilaian kemuliaan ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari seorang hamba yang terpancarkan atas prilaku dan juga etika bersosial kepada sesama makhluk allah. Baik dan buruknya perangai seorang muslim kepada muslim yang lain  menandakan tinggi dan rendahnya kadar keimanan dia, sebab Nabi Muhammad S.A.W dalam sabdanya mengatakan : 
"Tidaklah seorang mampu dikatakan beriman sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari)


Dalam upaya memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat seorang tabi'in terkemuka memberikan nasihat guna mendapati kemuliaan tersebut. Imam Ayyub As-Sikhtiyani Rahimahullah Berkata :
 
"Tidak akan mulia seorang hamba hingga dia memiliki dua perangai yaitu, menjaga kehormatan diri dari apa yang dimiliki manusia (tidak meminta-minta) dan memaafkan (kesalahan) yang dilakukan sebagian mereka.”

Menjaga kehormatan diri merupakan kewajiban untuk semua manusia, kehormatan diri memiliki banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari diantara menjaga kehormatan diri sendiri adalah tidak suka dengan meminta-minta sedangkan keadaan masih mampu untuk berusaha. Rasullullah S.A.W Bersabda : 
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah". (HR. Muslim)

Selain menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta-minta Imam Ayyub As-Sikhtiyani juga memaparkan bahwa kemuliaan mampu didapati dengan memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain atas diri kita, hal ini merupakan kunci dari hubungan islami, ketenangan jiwa dan ketentraman hati. 


Memaafkan kesalahan orang lain adalah perilaku yang amat terpuji dan akan memperkuat hubungan tali silaturrahmi dalam kehidupan sosial, lebih dari itu perbuatan memaafkan merupakan bagian dari iman yang paling utama yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W dalam berhubungan sosial kepada sesama manusia sebagaimana sabdanya : 
"Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada". HR. Bukhari.

Allah S.W.T menggambarkan kemuliaan yang didapat dari sifat sabar dan memaafkan melalui firman-Nya :
"Siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan". (QS. Asy-Syu'ara :43).

Wallahu'alam
Tulisan Hamba Allah



📒: Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561.


0 comments:

Posting Komentar