YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Senin, 22 Januari 2024

CARA SYAITHAN MENGGANGGU HAMBA ALLAH

Yayasan Al-Kautsar 561- 

Syaithan selalu memiliki ratusan bahkan hitungan cara yang tak terbatas untuk mengganggu keturunan adam sebagai hamba allah dalam kemaksiatan. Godaan syaithan kepada manusia tidak akan pernah lepas sampai manusia tersebut benar-benar meninggalkan jalan Allah S.W.T dan menjadi pengikutnya.

K.H. Ahmad Subki, Lc. M.Sy menjelaskan cara-cara syaithan mengganggu hamba allah, dalam kegiatan pengajian rutin karyawan Al-Kautsar 561 pada hari kamis, 19 Januari 2024. Beliau mengutarakan bahwa pada dasarnya seorang manusia memang tempatnya salah dan sebaik-baik orang yang salah adalah mereka yang mau meminta ampunan kepada Rabbnya, namun mengapa kesalahan (kemaksiatan) yang kita lakukan selalu terulang kembali meskipun kita tahu bahwa hal tersebut adalah sebuah kesalahan dan sebuah keburukan. 

Kemaksiatan yang terus terulang merupakan bukti bahwa syaithan tidak hanya mengganggu dan menggoda hamba allah sekali saja tetapi ia akan terus mencoba menjatuhkan hamba allah berulang kali bahkan ketika sang hamba sudah terjatuh dalam godaanya. Hal ini dijelaskan kembali oleh K.H. Ahmad Subki, syaithan memiliki cara-cara dalam menjerumuskan manusia dari sekian banyaknya cara yang syaithan gunakan terdapat cara-cara yang paling jelas dan sering terjadi dikehidupan manusia.

  1. Tazyin : Memutarkan pandangan pada kebaikan menjadi pandangan keburukan. Syaithan kerap kali mencoba menjatuhkan keimanan seorang hamba allah dengan membuat amalan kebaikan seakan-akan amalan tersebut adalah sebuah keburukan yang tidak bermanfaat, seperti contoh adalah seorang hamba sudah menjadwalkan untuk mengikuti kegiatan pengajian namun satu jam sebelum keberangkatannya ia tiba-tiba merasa malas dan bercetus "ah lebih enak istirahat deh siang-siang mah capek lah harus jalan ke masjid". Turunnya rasa semangat dalam mengikuti majlis yang merupakan sebuah amal kebajikan dijadikan oleh syaithan seakan-akan itu adalah hal yang menyusahkan untuk dirinya.
  2. Talbis  : Menghasut Hamba Allah untuk melakukan keburukan. Kerapkali kita merasa sadar bahwa apa yang kita kerjakan adalah sebuah perbuatan dosa dan akan dipertanggung jawabkan, tetapi hal demikian senantiasa teracuhkan oleh pikiran kita yang terbawa oleh suasana nafsu sehingga perasaan bersalahpun menjadi berlalu dan kemaksiatanpun tertuju. Hal demikian merupakan cara syaithan yang mencoba menjatuhkan hamba allah dalam ketaatannya, syaithan sadar bahwa kita mengetahui akan kesalahan dari perbuatan tetapi syaithan terus berbisik dan menghasut dengan membuat anggapan kita menjadi salah. K.H. Ahmad Subki memberikan contoh dalam hal ini seperti seseorang yang membutuhkan uang, terpikirkan olehnya untuk meminjam uang dari Bank tetapi ia ragu karna mengetahui bahwa bank seringkali terlibat pada kategori Riba, dengan hasutan syaithan terus menerus hingga yang sebelumnya sang hamba berfikir untuk tidak meminjam ke bank, berubah  menjadi berpikir "toh minjam kebank ga jahat ini ke orang lain, ga ngerugiin orang lain ini". Jatuhlah ia kepada sebuah kemungkaran.
  3. Taswif  : Menunda manusia untuk bertaubat kepada Allah. Selain dengan membisikkan kepada keturunan adam dan hawa untuk melakukan sebuah kemungkaran syaitan juga menghasut dengan mengajak kaum manusia agar menunda-nuda taubatnya dengan memberikan gambaran bahwa usia muda adalah fase terindah dan taubat nanti saja ketika sudah tua. Padahal kita tidak tahu kapan ajal akan datang, entah diwaktu tua ataupun muda sekalipun. Allah S.W.T Berfirman : 
    أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ
    Artinya: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS Al-Hadid: 16). 
  4. Tadlil : Menyesatkan dari jalan yg benar dan lurus. Syaithan tidak hanya menghasut orang-orang yang keimanannya sedang turun atau orang-orang yang tidak pandai dalam ilmu agama tetapi syaithan menghasut kesemua manusia dari setiap kualitasnya bahkan Kiyai pun dibuatnya untuk tunduk terhadap hasutannya. Godaan syaithan seringkali lebih besar dibuatnya kepada para orang-orang berilmu, agar mereka yang berilmu jatuh kedalam kesesatan meski sudah mengetahui keilmuannya. Menjadikan kesombongan muncul dihati orang-orang shalih, ingin dilihat ketika beribadah,berdakwah dan amalan-amalan kebaikan lainnya sehingga lunturlah pahalanya dan hancurlah imannya. 
  5. Tay'as : Membuat manusia merasa putus asa. Tak cukup dengan membuat manusia jatuh kepada perbuatan maksiat, syaithan juga terus menghasut manusia agar merasa putus harapan dari pintu ampunan allah dengan hasutan "sudahlah kamu malu bertemu tuhanmu sedangkan kau sudah berbuat kemungkaran dihadapannya, sudah tinggalkan saja taubatmu ini toh Ia tak sudi melihatmu", sehingga manusia yang terlanjur berbuat kemaksiatanpun merasa pesimis dari ampunan Allah hingga tak kunjung taubat, sampai akhir hayatnya dan syaithan pun tertawa riang karna kesuksesaannya menjatuhkan manusia pada kehancuran dunia dan akhirat. 
Kiyai Haji Ahmad Subki menjelaskan jebakan syaithan ini selalu beriringan, jika ia tak mampu menjatuhkan dengan satu hasutan maka ia akan terus mencoba dan mencoba dengan hasutan-hasutan lainya hingga pada titik dimana harapan sang hamba sirna akan pintu taubat milik Raab-Nya. Padalah pintu taubat Allah selalu terbuka kapanpun dan dimanapun sebelum nyawa berada dikerongkongan sang hamba. Allah S.W.T berfirman dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah S.A.W bersabda : 


عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم  يَقُوْلُ :  قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً 

Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”  [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].

 Dalam kajian karyawan yang diisi oleh K.H Ahmad Subki beliau juga menjelaskan bahwa godaan yang dilakukan syaithan kepada manusia itu masuk dalam kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan godaan tersebut melesat cukup besar hingga iman tak kuat menjaga kestabilan ketaqwaannya. Diantara kondisi-kondisi manusia yang kerap kali dimasuki oleh syaithan ialah : 
  1. Al-Jahlu : (Kebodohan), dimana seseorang mudah kali jatuh kedalam perangkap syaithan jikalau dirinya tidak mengetahui ilmu untuk menjaga diri dari godaan tersebut. Imam As-Syafii berkata Al Ilmu Nurun Wal Jahlu Zulmun (Ilmu itu adalah cahaya penerang sedangkan kebodohan adalah kegelapan yang membahayakan). 
  2. Hubbun Dunya : (Cinta Terhadap Dunia), sesorang yang gila dan berambisi untuk keduniawian saja akan dengan mudah dijatuhkan oleh godaan syaithan terhadap targetan yang ditujunya. Cinta dunia membutakan hati dan akal akan hari pertanggung jawaban, seringkali orang-orang menghalalkan segala cara untuk mewujudkan ambisi duniawinya tanpa memikirkan dampak agamanya. Hal ini bukan berarti kita sebagai manusia dilarang untuk mengejar dunia namun kita diajarkan untuk menjadikan dunia sebagai wasilah mengejar akhirat kita sebagaimana firman Allah S.W.T dalam Kitabnya :                                                                                                             وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ                                                                                                                                 Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
  3. Al-Ghodobu : (Kemarahan). Sebagai manusia pasti akan merasakan emosional dalam berkehidupan karna sudah menjadi sifat yang melekat pada diri manusia sekalipun orang shalih. Namun sayangnya seringkali seseorang terbawa akan amarahnya hingga syaithanpun masuk kedalam akal pikirannya yang menjadikan dirinya tidak bisa mengontrol kekuasaan nafsu marahnya. Banyak sekali kemodorotan yang ditimbulkan dari ketidak bisaan menahan amarah saat emosi melunjak, karnanya ulama banyak yang berbicara bahwa "Algodobu qoblahu jununun wa badahu nadamun", artinya : Amarah sebelum selesai ia sangat menggilakan dan setelah ia hilang (amarahnya) menjadi sebuah penyesalan. Kiai Haji Ahmad Subki memberikan penawaran akan emosional yang sering tak terkontorl yaitu dengan menjaga lisan ketika marah beliau mengutip dari sebuah mahfudzot "دواء الغضب الصمت : Obat-nya marah adalah Diam".

Demikianlah cara-cara syaithan dalam menggangu hamba allah pada ketaatannya agar terjatuh kedalam lubang kemaksiatan. Semoga kita mampu menjaga keimanan kita dari hasutan-hasutan syaithan dengan izin allah. Waallahu A'lam

📙:Menebar kebaikan menuju keberkahan bersama Al-Kautsar 561

0 comments:

Posting Komentar