Oleh: H. Aep Saepulloh
Darusmanwiati MA. (Kandidat Doktor Universitas Al-Azhar Mesir)
Sedekah
merupakan amalan yang sangat mulia dalam ajaran Islam, namun tentunya harus
sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah Saw. Ada beberapa adab yang
perlu diperhatikan oleh mereka yang hendak bersedekah, agar sedekahnya diterima
oleh Allah dan mendapatkan pahala yang sangat besar. Paling tidak, ada sembilan
adab yang perlu diketahui bersama. Diantaranya pertama, Niat yang ikhlas hanya karena Allah
Niat merupakan hal terpenting dalam semua amal perbuatan. Diterima tidaknya
suatu amal perbuatan, tergantung niatnya. Apabila niatnya tulus karena Allah,
maka amalnya akan diterima, sekalipun amal tersebut kecil dan sepele.
Sebaliknya, apabila niatnya bukan karena Allah, maka sebesar apapun amal
perbuatan tersebut, tetap tidak berpahala, malah menuai dosa. Dalam sebuah
hadits Rasulullah pernah mengutarakan: “Manusia kelak akan dikumpulkan
berdasarkan niatnya” (HR. Ibn Majah dari Jabir, hadits ini dinilai shahih oleh
Albany).
Imam
as-Samarqandy pernah menuturkan sebuah kisah, sebagaimana tertuang dalam bukunya,
Tanbiihul Ghaafiliin, suatu hari seorang hamba shaleh dari Bani Israil
melewati gunung pasir yang sangat menggunung, lalu ia berkata dalam hatinya: “Sungguh saya sangat berharap
seandainya dalam waktu satu detik ini, tumpukan pasir berubah menjadi makanan,
sehingga saya dapat sedekahkan kepada orang-orang Bani Israil yang kini sedang
ditimpa kelaparan dan paceklik”. Allah lalu mewahyukan kepada Nabi nya saat
itu, agar ia menyampaikan kepada hamba tadi bahwa Allah telah mencatat niat dan keinginannya itu
sebagai pahala orang yang bersedekah dengan setumpuk makanan yang sangat
banyak.
Kedua,
tidak diperbolehkan bagi yang bersedekah untuk menyebut-nyebut sedekahnya itu
dengan maksud riya, ingin dipuji oleh orang lain, juga tidak boleh menyakiti
orang yang disedekahinya. Karena apabila hal ini dilakukan, maka pahala
sedekahnya hilang dan sia-sia. Sebagaimana telah jelas disebutkan dalam QS.
Al-Baqarah: 264. DR. Sayyid Husain
al-‘Affany dalam kitab Tartiib al-Afwaah (2/43) menyebutkan tentang
kisah-kisah ulama terdahulu ketika bersedekah,
Adalah Sufyan ats-Tsaury apabila ada pengemis datang, ia sangat
berbahagia, bahkan ia menyambutnya dengan mengatakan: “Selamat datang wahai
orang yang akan mencuci kesalahan dan dosa saya”. Fudhail bin ‘Iyadh pun
demikian. Setiap peminta-minta datang, ia selalu menyambutnya dengan penuh
hangat sambil berkata, Mereka fakir miskin yang akan membawa bekal-bekal kita
untuk akhirat kelak tanpa bayaran. Mereka akan meletakkannya (pahala sedekah)
dalam timbangan kelak di hadapan Allah.
Ketiga,
walaupun sedekah dengan terang-terangan bukan dengan maksud riya diperbolehkan
sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 271 namun sebaiknya
bersedekah dlebih baik engan sembunyi-sembunyi, tidak perlu diketahui orang
lain. Karena dengan demikian, akan lebih terjaga dari perbuatan riya’ (ingin dipuji orang lain). Di samping itu,
dengan memberikan secara diam-diam lebih menjaga kehormatan dan harga diri
orang fakir miskin. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Ada tujuh
golongan di mana Allah kelak akan menaungi mereka, pada saat tidak ada naungan
selain naunganNya, (diantaranya) seseorang yang bersedekah, ia sembunyikan
sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan
tangan kanannya (HR. Muslim).
Keempat,
Ibnu Qudamah al-Maqdisy dalam bukunya Mukhtashar Minhaajul Qashidin
mengatakan bahwa paling tidak ada enam kriteria yang sebaiknya diperhatikan
dari orang-orang yang akan menerima shadaqah kita (tentu selain delapan
kelompok yang berhak menerima shadaqah sebagaimana disebutkan dalam surat
at-Taubah ayat 60). Diantaranya adalah orang yang sholih dan bertaqwa, orang
yang berilmu dan mencari ilmu Rasulullah saw bersabda: “Jangan kamu berteman
(bersahabat dekat) kecuali dengan orang mukmin, dan sebaiknya yang memakan
makanan kamu adalah orang yang bertakwa” (HR. Ahmad dengan sanad shahih).
Kelima,
hendaklah memandang kecil shadaqah yang dikeluarkan. Karena dengan demikian,
orang yang bersedekah lebih dapat merendahkan hati dan lebih terhindar dari
sifat sombong atau tinggi hati. Muhammad
Abdul Athi Buhairy dalam Minhaajus Shaalihiin fil Aadab al-Islaamiyyah pernah menukil perkataan ulama yang
menyebutkan, “Perbuatan baik, setiap kali dipandang kecil, maka
ia akan menjadi besar di hadapan Allah. Dan perbuatan dosa,
setiap kali dipandang besar dosanya, maka ia akan menjadi kecil dosanya di
hadapan Allah” ulama lainnya mengatakan, “Suatu kebaikan belum sempurna kecuali
ada tiga unsur di dalamnya: memandang kecil, menyegerakan dan sembunyi-sembunyi
dalam melaksanakannya”.
Keenam,
Harta
yang diberikan untuk shadaqah sebaiknya dipilih dari harta yang paling baik dan
paling disukai, hal ini telah banyak dijelaskan dalam Alquran seperti dalam QS.
Ali Imran: 92 dan bahkan Allah mencela orang yang selalu memberi sesuatu yang
jelek untuk Allah Sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nahl: 62. Kini
mari teladani beberapa riwayat para ulama salaf shaleh yang luar biasa dalam
berderma ini, diantaranya suatu hari seorang pengemis mengetuk pintu Rabi bin
Khaitsam. Rabi’ lalu mengatakan kepada para pelayannya, “Berikan dia gula yang
banyak”. Mereka menjawab: “Kami akan memberikan roti, biar lebih bermanfaat
bagi dia”. Rabi’ kembali berkata: “Berikan gula, karena saya lebih menyukai
gula” Subhanallah.
Ketujuh,
hendaklah
bersedekah dengan harta halal, bukan
dari harta haram. Hal ini mengingat bahwa shadaqah tidak akan diterima apabila
dari harta haram. Allah sangat tegas dalam al-Qur’an mengingatkan hal ini:“Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu” (QS. Al-Baqarah: 267).
Kedelapan,
sebaiknya bersedekah sekalipun tidak memiliki uang yang banyak. Atau dengan
bahasa lebih mudah, sekalipun dalam waktu suka maupun duka, waktu ada ataupun
tidak ada. Allah memasukkan orang yang seperti ini di antara ciri orang yang
bertakwa. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali Imran: 133, 134. Imam
as-Samarqandy dalam bukunya Tanbiihul Ghaafiliin mengatakan, diantara hal
yang akan menambah harta yang disedekahkan dan membesarkan pahala sedekah
adalah selalu bersedekah sekalipun dari harta yang sedikit (sekalipun tidak
mempunyai banyak uang).
Kesembilan,
Termasuk adab dalam bersedekah adalah berdoa, baik orang yang memberikan
atau yang menerima shadaqah dan baik shadaqah berupa shadaqah wajib yaitu
zakat, maupun shadaqah sunnat yaitu infak. Hal ini merupakan anjuran yang
apabila dilakukan akan mendapatkan pahala sunnat. Yang bersedekah hendaknya
mengucapkan, Allaahummaj’alhaa maghnaman, walaa taj’alhaa maghraman
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah shadaqah
saya ini sebagai simpanan kelak, dan jangan Eukau jadikan dia sebagai
kerugian”. (HR. Ibnu Majah) atau Robbanaa taqabbal minnaa, innaka antas
sami’ul ‘aliim. “Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui" (QS. Al-Baqarah: 127). Sementara bagi yang menerima (baik petugas zakat atau mustahik zakat)
atau mengambil harta shadaqah baik zakat maupun infak, ketika mengambil harta
tersebut sangat dianjurkan membaca doa, Alloohumma sholli ‘alaih
Artinya: “Ya Allah berikan kedamaian
baginya (bagi pemberi shadaqah)” (HR. Bukhari)
Penulis bisa dihubungi melalui email: aepmesir@yahoo.com
0 comments:
Posting Komentar