YAYASAN YATIM & DU’AFA ALKAUTSAR 561, MENERIMA PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, WAKAF DAN SHODAQOH

Senin, 10 Maret 2014

Sang Petani Ajaib

Rumah kami di kampung di pinggir sawah, segala sesuatu aktifitas suasana yang terjadi didepan rumah kami atau di (sawah) relatif kami tahu adanya. kami punya tetangga dekat yang sudah kami anggap sebagai keluarga, kami dan dia penduduk asli dikampung itu, karena kedekatan hubungan kami, kami memanggilnya Abah, sebagai orang yang kami tuakan.


Orangnya pekerja keras tanpa mengenal lelah. Ke uletan dan kerajinannya mampu memenuhi kebutuhan keluarga besarnya terakomodir dengan jasanya yang hanya sebagai buruh tani dan tengkulak buah-buahan kecil. Tidak ada hujan tidak ada panas bila ada pekerjaan yang harus diselesaikan harus selesai secepatnya. Jangankan siang bolong dengan panas terik matahari yang membakar kulitnya menjadi hitam legam, waktunya shalat duhur,asar bahkan waktu magrib sekalipun diabaikannya begitu saja. atau waktunya kita jeda sejenak untuk istirahat dan melakukan ke wajibannya untuk beramal soleh lainnya ia tetap mengutamakan pekerjaannya. Seperti biasanya selalu lupa melakukan kewajiban shalatnya itu, kecuali hari jum’at dan hari raya idul adha ataupun idul fitri. Bahkan tengah malam waktunya orang tertidur lelap kalau lagi bulan purnama si Abah tetap mencangkul di tengah sawah.

Dengan sisa umurnya yang sudah larut menjelang senja, sudah berkali-kali dia terkena serangan jantung, tapi Subhanalloh, Alloh itu benar-benar Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang terhadap setiap hamba-Nya, Alloh masih tetap memberikan kesembuhan dan kesehatan yang kesekian kalinya dari sejumlah sakit yang dideritanya. Sering kami ngobrol ngalor-ngidul dengannya, tidak jarang di sela-sela obrolan sering kami selipkan ajakan dan nasihat-nasihat tentang cobaan dan kewajiban hidup yang harus dibarengi dengan keimanan,ketaqwaan dan amal soleh yang baik dan benar. Tentunya kami sesuaikan dengan cara penyampaian dan kemampuan nalar bahasa yang dia dimengerti. Itu semua belum mampu menyentuh atau meluluhkan hatinya untuk melakukan kewajibannya sebagai hamba Alloh. Tidak ada sentuhan ruhani yang dapat merubah sikapnya. Kecuali nilai-nilai keduniawian dan hal-hal yang murahan yang dapat menumbuhkan gairah semangatnya.

Suatu saat ia terkena serangan jantung lagi untuk yang kesekian kalinya, seperti biasa yang sudah-sudah dibawa lagi ke rumah sakit langganannya, seperti biasa pula dokter  menyarankan untuk berhenti merokok, mungkin karena sudah wataknya yang kuat seperti itu, ia nekad pergi ke warung kopi sambil membawa tongkat selang infus yang masih menancap di tangannya, hanya sekedar untuk merokok dan ngopi di warung di dekat rumah sakit. Ketika dokter akan mengecek kesehatannya, dokter kaget karena pasien tidak ada di kamar, sang dokter dengan rasa tanggungjawabnya berusaha mencarinya, dengan perasaan jengkel sang dokter geleng-geleng kepala, ditemukanya sang pasien itu di warung kopi, dengan tenangnya ia merokok dan ngopi seperti tanpa dosa dengan memegang tongkat infusan. He..he..he

Sore itu kami lagi santai di rumah anaknya,tiba-tiba istri si Abah berteriak-teriak minta tolong, kami segera kerumahnya, ternyata penyakit si Abah kambuh lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya,  kami bingung dan panik, karena si Abah tidak bisa ngomong bahkan tidak bisa begerak. Kami berinisitip untuk membawanya ke rumah sakit, tapi dengan bahasa isyarat si abah menolaknya. Dua hari si Abah mengalami lumpuh sebelah, tapi di malam ke tiga anggota tubuhnya sudah mulai bisa digerakan satu persatu. Lagi-lagi Alloh menunjukan kuasanya, paginya dia sembuh total, dan saat itu juga kami kaget tiba-tiba si abah membantu kami memikul kusen kayu kelapa yang begitu berat dan besar bagi ukuran yang sehat pun, apalagi bagi si abah yang baru sembuh.

Dalam obrolan santai pada saat si Abah membantu kami, seperti biasanya kami menasehatinya,”Bah sudah saatnya Abah merubah sikap secara total supaya tetap ingat sama Alloh(“eling sholat Bah.!”), dengan mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya” “sudah sangat sering Alloh menyelamatkan Abah dengan kasih sayang-Nya, sekarang tinggal Abah berterima kasih Kepada Alloh, dengan menjalankan perintahnya, jangan sampai menunggu teguran yang lebih keras lagi”. Mulai saat itu Allhamdulillah si Abah sadar, tidak ada waktu yang tertingal dalam menjalankan shalat wajibnya. Bahkan magrib, isya, dan sebelum subuh pun si Abah sudah ada di mushola, yang tadinya tempat yang asing buat si Abah. Allhamdulillah, Allohu Akbar.

By: H.A.Juandi Sulaeman

0 comments:

Posting Komentar